Mohon tunggu...
Demitri
Demitri Mohon Tunggu... Freelancer - Biarkan kata bicara

- Ibu rumah tangga. Suka utak-atik kata -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Merdeka, Ortu Bahagia

16 Desember 2021   11:03 Diperbarui: 16 Desember 2021   11:12 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman berbincang dengan anak sendiri, umumnya tak dianggap sebagai proses belajar. Berbincang dengan anak memang sudah lumrah. Bagaimana mungkin orang-orang yang hidup serumah tak saling sapa? 

Bagi saya, berbincang dengan anak menjadi proses belajar. Kali ini, saya temukan proses merdeka belajar melalui perbincangan saya dengan anak. 
---
"Masak temenku belum ngumpulin satu tugas pun, Bu," ujar anakku awal pembelajaran jarak jauh (PJJ).

"Ya coba ditanya, ada apa. Mungkin temanmu punya kesulitan," tanggap saya.

Anak perempuan saya mulai menghubungi teman itu. Proses tanya-tanya berlangsung. Hasilnya tak memuaskan. Alasan tak mengerjakan tugas tak jelas, temannya memilih tak mau dibantu. Anak saya memutuskan untuk menghormati keputusan temannya.

Kali lain dia bercerita bahwa seorang teman yang tak dekat dengannya menghubungi secara japri. Teman itu khawatir tugasnya tak diterima guru, karena mengirim email lewat dari waktu yang ditentukan. Rupanya anak saya mencoba melakukan satu-dua hal agar tugas temannya dapat diterima guru. Akhirnya tugas teman itu masih dapat diterima. Anakku lega.

Kian hari, anakku semakin banyak bertanya. Ia bertanya  tentang banyak hal. Lebih banyak tak terkait materi pelajaran.

Sebagian pertanyaan, saya atau bapaknya mau menjawab. Sebagian lainnya kami minta agar dia mencari tahu sendiri.

Semakin hari, dia semakin suka nonton berita di TV. Jika ada pertanyaan, dia akan menyampaikan dulu informasi yang sudah didapatnya. Lantas kami berdiskusi.

Anak saya justru banyak berkembang selama belajar dari rumah. Saya tak banyak ikut campur dalam pelajaran sekolahnya, apalagi bertanya nilainya.

Saya senang melihat anak saya memiliki kurikulum sendiri,  tak terbatas kurikulum sekolah. Ia membuka pintu menuju dunia luas, tak terbatas pelajaran di kelas.

Apakah ini masalah? Tentu tidak.

Bukankah pendidikan itu membebaskan? Maka biarlah anak ikut serta menentukan kurikulum juga. Pendidik dan orangtua mendukung saja.

Hasilnya?
Anak merdeka, orangtua bahagia.

Selamat menjadi anak dan orangtua yang merdeka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun