Dalam sejumlah kesempatan, pasangan  Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno, kerap mengunjungi masjid dan pondok pesantren.
Tak hanya itu, pasangan calon tersebut juga sering sowan kepada para ulama untuk menggali pengetahuan dan keberkahan dari para penerus nabi tersebut.
Hal itu sudah menjadi tradisi yang melekat dalam pribadi Gus Ipul karena dirinya mewarisi tradisi Nahdhatul Ulama (NU) yang kental.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Gus Ipul juga sering dijadikan pembicara dalam beberapa majelis di berbagai masjid. Itu memang layak sekaligus wajar, mengingat keilmuan Gus Ipul juga tak kalah dengan Ustadz ataupun Kyai.
Dalam keyakinan umat Islam, sinergitas pemimpin (ulil amri) dan ulama merupakan kunci kemajuan suatu peradaban.
Sebab, ulama diyakini merupakan penerus para Nabi. Sedangkan, pemimpin merupakan pengurus publik.
Pemimpin yang dekat dengan ulama merupakan wujud dari idealitas kepemimpinan di Jawa Timur. Karena di sini merupakan basis Kyai dan Santri.
Di sisi lain, Gus Ipul sendiri bisa menunjukkan keteladanan di masyarakat dengan selalu mengedepankan sikap yang santun, ramah, menjaga silaturahmi dan bertindak sesuai dengan ajaran agama.
Di sisi lain sikap patuh dan hormatnya kepada Kyai juga tak diragukan. Dan itu sudah terbukti dalam berbagai kesempatan.
Kita bisa lihat sendiri, selain kapabiltasnya menyelesaikan problem di Jatim selama menjadi Wagub, sikap relijius Gus Ipul juga menunjukkan sisi yang baik sebagai seorang pemimpin. Di samping dirinya yang sederhana, tidak ambisius dan lebih banyak berpihak kepada masyarakat.
Perpaduan antara kemampuan intelektual dan spiritual dalah kunci sukses seorang pemimpin yang ideal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H