Mohon tunggu...
Demia Laviona
Demia Laviona Mohon Tunggu... Penulis - Pelantun rasa dengan menuang kata dalam aksara

Seorang mantan pekerja yang kini full menjadi ibu rumah tangga. Penyintas autoimun penyuka mendesain, membaca, menulis, dan concern terhadap isu seputar kesehatan mental yang berkaitan dengan penyakit kronis, trauma, dan innerchild. Motto dalam menulis: writing for healing, writing for learning, writing for sharing, writing for caring, writing for embracing, writing for supporting, bismillah for everything.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Catatan I, Self Awarenesses: Unboxing "Aku" si Kantong Ajaib Dirimu

23 Mei 2021   23:28 Diperbarui: 23 Mei 2021   23:54 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saat kantong Doraemon tak lagi menggugah rasa tuk membangun kerajaan imaji yang tak tersentuh nalar. Ketika kau tersadar ... ada kantong lain dalam diri yang meminta untuk dibuka, demi menemukan hasrat diri pembangkit asa tanpa batas."

Kalau ada ungkapan "Tidak ada yang kebetulan terjadi di dunia ini, bahkan daun yang jatuh pun ada maksud terjadinya," maka ungkapan ini sangat pas untuk menyadarkan kita, bahwa setiap dari kita adalah 'Aku' dengan kekuatan dan celanya masing-masing.  Namun sering kali kita sulit menemukan 'Aku' tersebut karena seolah kita masih saja berjalan di titik yang sama. Ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, baik faktor yang berasal dari dalam diri maupun dari luar.

Faktor penghambat dari dalam karena tertutupnya komunikasi diri kita dengan 'Aku' yang keberadaannya di dalam diri tapi sering terabaikan untuk kita kenal lebih jauh.  Faktor dari luar, saat komunikasi terhadap diri terasa sulit, kita mencari hal lain di luar sana untuk dipelajari. Saat mempelajarinya, tanpa sadar kita menetapkan standar diri kita untuk orang lain, atau sebaliknya, kita terlalu fokus menjadikan standar orang lain sebagai acuan yang harus kita penuhi.  Apa yang terjadi ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan? Kekecewaan dalam diri muncul hingga kita kesulitan untuk mengambil hikmah dari kenyataan tersebut.

Jika kita mengutip ungkapan Robin S. Sharma seorang penulis dan motivator melalui buku-bukunya yang concern terhadap leadership dan pengembangan diri, "Push Yourself to The Edge of your Limits, That's How They Expand," tentunya membuka diri terhadap 'Aku' menjadi perlu. Saat kita terus berusaha menggedor batasan-batasan yang ada pada diri agar bisa mengembangkan sayap terbang lebih tinggi menjadi pribadi yang lebih baik. Jika kita sendiri saja masih bingung di mana letak 'Aku' berada, bagaimana kita dapat menentukan kemana arah langkah kita selanjutnya dan fokus dalam mencapai tujuan tersebut? Sejatinya, 'Aku' dalam diri bisa kita lampaui, karena fokus kita sudah bukan lagi mencari jalan mana yang harus kita lewati,  melainkan mencari cara mencapai tujuan akhir pada jalan yang kita yakini dan telah kita tentukan.

Membuka 'Aku' si Kantong Ajaib Dalam Diri

Di sini kita akan melihat lebih jauh tentang 'Aku'. Sosok sebenarnya dalam diri yang saat kita menyadari dan menemukannya, maka akan terlihat berbagai keunikan yang ada pada 'Aku' tersebut. Dengan begitu, jalan kita dalam menentukan tindakan dan langkah selanjutnya untuk pengembangan diri akan makin jelas, tajam, dan terarah.

Lantas bagaimana kita bisa menemui 'Aku' di tengah kendala yang menghadang? Setiap orang punya cara dan proses penemuannya masing-masing.   Cara yang dipengaruhi oleh banyak faktor dalam perjalanan hidup seseorang.  Pada tulisan ini, ada beberapa hal yang akan menjadi pokok pembahasan dan diambil berdasarkan hasil pengamatan penulis, baik itu berasal dari pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain, dibantu dengan gabungan beberapa referensi. Beberapa faktor tersebut seperti:

  •  Lingkungan yang mempengaruhi  perkembangan karakter seseorang yaitu sejauh mana pola asuh, perilaku, dan pembiasaan yang diterapkan oleh orang tua, keluarga serta lingkungan di sekitar seorang individu, termasuk juga latar belakang, sosial, dan budaya.
  • Kesadaran emosional, tentang bagaimana seseorang dapat memahami emosinya sendiri, tentang hal apa yang baik ataupun buruk bagi kondisi emosionalnya.
  • Pengenalan diri, yaitu seberapa jauh kita mengetahui diri kita, baik secara fisik maupun psikis, termasuk karakter, minat, kelebihan, dan kekurangan, serta sejauh mana kita mengenali diri kita di mata orang lain.

Harapannya, setelah mampu merunut benang merah antara diri kita saat ini dengan faktor-faktor tersebut, kita bisa mulai belajar untuk berkomunikasi dengan diri sendiri. Selain itu juga, kita diharapkan dapat mengenali hal apa yang dapat memberikan dampak positif untuk bisa terus dikembangkan dan hal apa yang memberi pengaruh buruk sehingga perlu dihindari. Mengerti kelebihan, membuka jalan bagi kita untuk mengeluarkan semua potensi diri.  Mengetahui kekurangan juga tidak perlu menurunkan kepercayaan diri, justru sebaliknya, dengan mengetahuinya, akan menjadi sumber dari kekuatan kita. Kekurangan yang masih dapat diperbaiki, kekurangan yang dapat dihindari, dan kekurangan yang harus kita terima dengan terbuka demi tidak menghambat usaha dan fokus kita dalam mencapai pengembangan diri itu sendiri.

Jadi untuk dapat terus mengembangkan diri, hal pertama yang perlu kita coba gali adalah menyadari apa yang terjadi pada diri kita sendiri terlebih dulu, baik itu hal yang mengacu ke dalam diri, maupun kesadaran yang terjadi pada diri terhadap lingkungan luar. Anthony Dio Martin, praktisi bisnis, trainer, speaker, ahli psikologi, dan juga personal coach, yang oleh media dijuluki 'The Best EQ Trainer Indonesia' dalam bukunya "Smart Emotion" (2006) mengatakan, "Bagaimana engkau hendak mengalami pencerahan hidup, jika apa yang terjadi dalam hidupmu saja tak kau ketahui?"

Demikian, semoga kita dapat menemukan 'Aku'- masing-masing, sebelum kita belajar untuk lebih peka akan posisi kita di mata orang lain. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun