Mohon tunggu...
Demanda Bima
Demanda Bima Mohon Tunggu... Seniman - rwa bhineda

rwa bhineda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etnosentrisme Indonesia 2019

21 April 2019   04:48 Diperbarui: 21 April 2019   04:54 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perbedaan dalam berbagai hal tidak harus membuat kita terpecah bahkan sampai diwujudkan dalam perkelahian. Karena mau tidak mau kita seharusnya sadar sebagian dari masyarakat masih fokus hanya dengan berteori atau bahkan anti-teori dimana hal itu tidaklah baik, apabila berteori saja kita akan melakukan masturbasi pemikiran tanpa aksi, dan anti-teori akan mempraktikan sesuatu tanpa panduan yang jelas.

Langkah yang baik adalah menyeimbangkan keduanya, sayangnya hal tersebut tidak didukung oleh minat baca, rendahnya minat baca bagi masyarakat Indonesia adalah rahasia umum yang telah diketahui bersama.

Apabila disodorkan antara gadget atau buku, masyarakat akan lebih memilih gadget sebagai sarana untuk menghabiskan waktu.

Baik media cetak maupun elektronik ketika membahas mengenai budaya baca di Indonesia akan selalu menyelipkan hasil survei yang menyebutkan bahwa masyarakat kita bukan lah masyarakat yang gemar membaca.

Survei ini bahkan diperkuat dengan hasil penelitian terakhir dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang menyebutkan bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya sekitar 0,001. Itu artinya hanya ada satu orang yang minat membaca dalam seribu orang masyarakat Indonesia (Liputan6.com, 2017).

Kemudian hal itu didukung juga oleh sistem pendidikan yang mengharuskan menjadi kompetitif bukan malah kolaboratif, yang dimaksud adalah bersaing dan menjadi takut untuk terlampaui apabila kita menstransfer ilmu kepada seseorang di tempat pendidikan formal atau bahkan pada "diskusi kopi" dan menjadikan potensi seseorang tersebut lebih tinggi dan baik dari kita sendiri.

Seharusnya dan langkah yang dianggap bijak adalah membiarkan Indonesia berjalan sebagaimana mestinya, kita hanya pion apabila diibaratkan dalam permainan papan catur yang hanya berusaha berjalan maju dengan saling mengamankan satu sama lain.

Sumber Pustaka

Al Qurtuby, Sumanto. (2017). Meningkatkan Budaya Baca dan Literasi Masyarakat Indonesia. Diakses melalui www.liputan6.com. (Artikel internet)
Azwar, Saifuddin. (1998). Metode penelitian. Yogyakarta. Pustaka pelajar.
Minderop, Albertine. (2010). Psikologi Sastra. Karya sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Peplau, L.A., Sears, D.O. Taylor, E.S. (2000). Social Psychology. New Delhi: PrenticeHall International, Inc.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun