Mohon tunggu...
Delza Dera Nur Hermawan
Delza Dera Nur Hermawan Mohon Tunggu... Konsultan - Personal

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ibadah Haji di Usia Muda? Siapa Takut!

24 Desember 2019   22:51 Diperbarui: 24 Desember 2019   23:30 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu adalah hal yang sangat berharga, bahkan lebih berharga dari uang. Ketika uang habis, kita bisa mencari dan mendapatkannya kembali. Namun, ketika waktu kita di dunia habis, dapatkah kita mengulangnya kembali? Tentu saja tidak. Waktu ibarat nafas yang tak mungkin terulang kembali. Saking berharga dan istimewanya waktu, pada beberapa ayat di Al-Qur'an, Allah S.W.T bersumpah atas nama waktu.

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian" (QS. Al Ashr )

"Demi malam apabila telah menutupi dan siang apabila terang benderang" (QS. Al -- Lail)

"Demi waktu dhuha (ketika matahari sepenggalan naik) dan demi malam apabila telah sunyi" (QS. Ad- Dhuha)

Ayat-ayat diatas menunjukkan bahwa waktu sangat berharga dan penting bagi kehidupan manusia. Allah tidak akan bersumpah terhadap sesuatu di dalam Al- Qur'an kecuali untuk menunjukkan keistimewaan yang dimilikinya. Tidak ada seorang pun di dunia yang mengetahui kapan waktunya akan habis. Oleh karena itu, selagi masih diberikan waktu, kita tak boleh menyia-nyiakannya.

Sebagai seorang muslim, sebisa mungkin saya tidak ingin menjadi orang yang merugi (karena menyia-nyiakan waktu). Setiap harinya, saya selalu berusaha memanfaatkan waktu saya demi hidup yang berkah. Salah satu yang ingin saya capai ketika saya masih memiliki waktu di dunia adalah pergi haji. Menjadi tamu di Baitullah, sekaligus menunaikan rukun islam yang kelima. Mekkah dan Madinah adalah dua kota yang sedari kecil ingin saya kunjungi. Kota yang menjadi saksi bisu dari perjuangan nabi-nabi terdahulu. Kota yang selalu melantunkan syair-syair islam dengan lantang. Hingga kini, keinginan untuk pergi haji tak pernah padam dan malah semakin menggebu-gebu.

Beberapa tahun lalu, nenek dan kakek saya pergi haji ketika usianya 60 tahun. Nenek dan kakek saya bercerita bahwa mereka cukup kerepotan ketika pergi haji di masa lanjut usia. Di usia 60, mereka merasakan keterbatasan kondisi fisik mereka (karena faktor umur) sehingga ibadah mereka menjadi kurang optimal. Apalagi banyak rangkaian ibadah yang harus dilalui dengan berjalan kaki dengan suhu udara di Arab Saudi yang sangat panas. Oleh karena itu, saya bertekad untuk dapat pergi haji di usia 30 -- 35 tahun. Di usia tersebut, saya akan berada di kondisi fisik yang prima dan matang secara emosional. Namun, tekad dan niat saja tidaklah cukup. Ada persiapan dan usaha yang harus saya lakukan agar bisa mencapainya. Berikut adalah persiapan dan usaha yang saya lakukan agar bisa pergi haji sedini mungkin.

1. Berdoa

Percayalah dahsyatnya kekuatan doa. Sesuatu yang tidak masuk akal akan bisa terjadi. Sekali lagi saya katakan, percayalah. Sungguh, Allah akan benar-benar mengabulkan doamu. Percayakanlah pada Allah dengan keyakinan hati tanpa keraguan, karena Allah tidak akan mengabulkan doa orang-orang yang hatinya ragu.

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat.  Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka berikan kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran" (QS. Al Baqarah : 186)

2. Persiapan fisik

Nenek dan kakek saya berpesan agar saya rajin berolahraga, terutama olahraga berjalan kaki karena beberapa rangkaian ibadah haji mengharuskan kita untuk berjalan kaki dalam jarak tempuh yang cukup jauh. Misalnya saja tawaf dan sa'i. Tawaf yakni mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali (berlawanan arah jarum jam). Sa'i adalah berjalan kaki dari Bukit Shafa dan Marwah. Dimulai dari Bukit Shafa, kemudian berjalan sampai tujuh kali perjalanan hingga berakhir di Bukit Marwah. Tawaf dan Sa'i ini merupakan rukun haji. Rukun haji menjadi bagian inti ibadah haji. Rukun haji menentukan keabsahan ibadah haji. Rukun haji tidak dapat digantikan dengan denda atau dam dan lainnya. Selain berolahraga, nenek dan kakek saya juga berpesan agar saya selalu menjaga pola makan. Pola makan gizi seimbang dapat digambarkan sebagai sebuah piring. Seperempat bagian piring terdiri dari sayur mayur, usahakan sayur berwarna hijau. Seperempat bagian lagi terdiri dari buah-buahan segar.  Lalu, seperempat bagian selanjutnya merupakan protein, baik protein hewani maupun nabati. Dan seperempat bagian terakhir berupa karbohidrat dan tambahkan sedikit minyak, seperti minyak zaitun atau minyak jagung (hindari minyak yang mengandung lemak jenuh). Jangan lupa juga untuk mengonsumsi air putih, minimal delapan gelas sehari.

3. Selalu update tentang informasi tentang haji serta memahami cara pendaftarannya

Informasi seputar ibadah haji dapat kita peroleh melalui website https://haji.kemenag.go.id/  milik Kementrian Agama RI . Selain itu, Kementrian Agama RI juga meluncurkan aplikasi "Haji Pintar" yang dapat diunduh secara gratis. Melalui website dan aplikasi tersebut, kita dapat memperoleh berbagai informasi seputar ibadah haji seperti perkiraan keberangkatan, layanan terjemahan bahasa arab, informasi mengenai akomtrans (akomodasi, konsumsi dan transportasi), informasi jadwal sholat, hajipedia, layanan pengaduan, informasi nilai tukar rupiah, dan lain sebagainya.  

 

Gambar 2. Aplikasi Haji Pintar Milik Kementrian Keagamaan RI
Gambar 2. Aplikasi Haji Pintar Milik Kementrian Keagamaan RI

Saat ini ada dua cara daftar haji, yaitu haji regular dan haji plus. Haji regular diselenggarakan langsung oleh pemerintah melalui Kementerian Agama, sedangkan haji plus diselenggarakan oleh pihak travel haji yang telah ditunjuk langsung oleh pemerintah. Perbedaan keduanya terletak pada cara setoran pendaftaran, jumlah pembayaran dan fasilitas yang didapat. Haji Reguler merupakan haji yang biayanya paling murah dari haji lainnya. 

Namun, ketika memilih haji regular, kita harus sabar menunggu jadwal keberangkatan yang biasanya bisa mencapai belasan tahun. Masa tunggu haji di Indonesia sendiri saat ini telah mencapai 10 -- 30 tahun. Informasi mengenai tata cara dan persyaratan pendaftaran haji regular dapat diakses pada website haji Kementrian Agama RI (https://kemenag.go.id/berita/info_grafis_read/8/tata-cara-dan-persyaratan-pendaftaran-haji-reguler ).

 

Gambar 3. Tata Cara dan Persyaratan Pendaftaran Haji Regular
Gambar 3. Tata Cara dan Persyaratan Pendaftaran Haji Regular

3. Persiapan tabungan haji pada Bank Danamon

Persiapan  lainnya yang tidak kalah penting adalah persiapan dana. Besarnya biaya haji akan ditentukan oleh Kementerian Agama setiap tahun menjelang keberangkatan. Sebagai gambaran, biaya haji tahun 2019 untuk haji reguler rata-rata sebesar US$ 2.481 atau sebesar Rp 35,23 juta (kurs Rp 14.200). Sedangkan biaya haji plus untuk tahun 2019 rata-rata sebesar USD 8.500 atau setara dengan Rp 120 juta. Pendaftaran haji bisa dilakukan dengan terlebih dulu membuka tabungan haji di bank syariah yang bekerjasama dengan Kementerian Agama. Salah satu bank syariah yang terpercaya adalah Bank Danamon Syariah . Tabungan haji Danamon adalah Tabungan yang memfasilitasi kita untuk mewujudkan niat haji. Baik untuk nasabah yang sudah mencukupi syarat setoran awal maupun nasabah yang merencanakan dana ibadah haji. Ada dua jenis tabungan haji Bank Danamon syariah, yaitu:

a. Rekening Tabungan Jemaah Haji (RTJH)

Tabungan ini memberikan kemudahan bagi nasabah untuk melakukan pendaftaran ibadah haji melalui pembayaran setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Rp25 Juta yang terkoneksi langsung dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kementrian Agama RI. Ketika kita mendaftar Rekening Tabungan Jemaah Haji (RTJH), kita akan langsung mendapat kepastian nomor porsi haji karena terkoneksi secara host to host dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kementrian Agama RI.

 

Gambar 4. Fitur dan Biaya Rekening Tabungan Jemaah Haji
Gambar 4. Fitur dan Biaya Rekening Tabungan Jemaah Haji

b. Tabungan Rencana Haji iB

Tabungan rencana haji IB adalah tabungan yang menggunakan prinsip syariah bagi hasil (Mudharabah) dalam mata uang Rupiah yang disediakan khusus untuk mewujudkan keinginan niat suci dalam menunaikan ibadah haji. Tabungan ini sangat cocok bagi orang seperti saya, yang memiliki tekad dan niat yang kuat, namun penghasilan masih naik turun hehe. Setoran rutin bulanan sangat terjangkau, berkisar antara Rp 300.000 -- Rp 5.000.000 yang akan didebet otomatis dari rekening sumber ke Rekening Tabungan Rencana Haji iB. Insyallah dalam waktu 6 -- 72 bulan dana untuk ibadah haji dapat terpenuhi, Amin ya Allah. Manfaat lainnya dari mendaftar tabungan ini adalah kita akan mendapatkan pertanggungan asuransi syariah sampai dengan 200 juta  selama kita melakukan setoran rutin bulanan.

  

Gambar 5. Fitur dan Biaya Tabungan Rencana Haji iB
Gambar 5. Fitur dan Biaya Tabungan Rencana Haji iB

Nah itulah beberapa persiapan dan usaha yang saya lakukan agar bisa pergi haji sedini mungkin. Yuk sama-sama diniatkan terlebih dahulu untuk bisa berangkat haji sedini mungkin. Tentunya diimbangi dengan melakukan usaha juga. Ingatlah bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Ingat juga bahwa bukan hanya merebut hati si dia yang butuh tekad dan perjuangan, ibadah haji pun demikian. Semangat untuk terus meraih ridho-Nya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun