Waktu adalah hal yang sangat berharga, bahkan lebih berharga dari uang. Ketika uang habis, kita bisa mencari dan mendapatkannya kembali. Namun, ketika waktu kita di dunia habis, dapatkah kita mengulangnya kembali? Tentu saja tidak. Waktu ibarat nafas yang tak mungkin terulang kembali. Saking berharga dan istimewanya waktu, pada beberapa ayat di Al-Qur'an, Allah S.W.T bersumpah atas nama waktu.
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian" (QS. Al Ashr )
"Demi malam apabila telah menutupi dan siang apabila terang benderang" (QS. Al -- Lail)
"Demi waktu dhuha (ketika matahari sepenggalan naik) dan demi malam apabila telah sunyi" (QS. Ad- Dhuha)
Ayat-ayat diatas menunjukkan bahwa waktu sangat berharga dan penting bagi kehidupan manusia. Allah tidak akan bersumpah terhadap sesuatu di dalam Al- Qur'an kecuali untuk menunjukkan keistimewaan yang dimilikinya. Tidak ada seorang pun di dunia yang mengetahui kapan waktunya akan habis. Oleh karena itu, selagi masih diberikan waktu, kita tak boleh menyia-nyiakannya.
Sebagai seorang muslim, sebisa mungkin saya tidak ingin menjadi orang yang merugi (karena menyia-nyiakan waktu). Setiap harinya, saya selalu berusaha memanfaatkan waktu saya demi hidup yang berkah. Salah satu yang ingin saya capai ketika saya masih memiliki waktu di dunia adalah pergi haji. Menjadi tamu di Baitullah, sekaligus menunaikan rukun islam yang kelima. Mekkah dan Madinah adalah dua kota yang sedari kecil ingin saya kunjungi. Kota yang menjadi saksi bisu dari perjuangan nabi-nabi terdahulu. Kota yang selalu melantunkan syair-syair islam dengan lantang. Hingga kini, keinginan untuk pergi haji tak pernah padam dan malah semakin menggebu-gebu.
Beberapa tahun lalu, nenek dan kakek saya pergi haji ketika usianya 60 tahun. Nenek dan kakek saya bercerita bahwa mereka cukup kerepotan ketika pergi haji di masa lanjut usia. Di usia 60, mereka merasakan keterbatasan kondisi fisik mereka (karena faktor umur) sehingga ibadah mereka menjadi kurang optimal. Apalagi banyak rangkaian ibadah yang harus dilalui dengan berjalan kaki dengan suhu udara di Arab Saudi yang sangat panas. Oleh karena itu, saya bertekad untuk dapat pergi haji di usia 30 -- 35 tahun. Di usia tersebut, saya akan berada di kondisi fisik yang prima dan matang secara emosional. Namun, tekad dan niat saja tidaklah cukup. Ada persiapan dan usaha yang harus saya lakukan agar bisa mencapainya. Berikut adalah persiapan dan usaha yang saya lakukan agar bisa pergi haji sedini mungkin.
1. Berdoa
Percayalah dahsyatnya kekuatan doa. Sesuatu yang tidak masuk akal akan bisa terjadi. Sekali lagi saya katakan, percayalah. Sungguh, Allah akan benar-benar mengabulkan doamu. Percayakanlah pada Allah dengan keyakinan hati tanpa keraguan, karena Allah tidak akan mengabulkan doa orang-orang yang hatinya ragu.
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Â Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka berikan kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran" (QS. Al Baqarah : 186)
2. Persiapan fisik