Mohon tunggu...
DELY YANI
DELY YANI Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Dian Nusantara NIM 111211394 Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Mata Kuliah Kepemimpinan Nama dosen: Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si, Ak

Hobi saya adalah memasak , menciptakan suatu resep baru membuat kepuasan tersendiri untuk diri saya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

K11 Diskursus Kepemimpinan: Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme Max Weber

28 November 2024   21:54 Diperbarui: 28 November 2024   22:51 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_Protestan_dan_Semangat_Kapitalisme

Dalam keadaan tanpa jaminan seperti itu dari otoritas keagamaan, Weber berpendapat bahwa kaum Protestan mulai mencari "tanda-tanda" lain yang menunjukkan bahwa mereka selamat. Sukses dunia menjadi sebuah ukuran keselamatan. Mendahului Adam Smith (tapi dengan menggunakan argumen yang sangat berbeda), Luther memberikan dukungan awal terhadap pembagian kerja yang mulai berkembang di Eropa. Karenanya, menurut penafsiran Weber atas Luther, suatu "panggilan" dari Tuhan tidak lagi terbatas kepada kaum rohaniwan atau gereja, melainkan berlaku bagi pekerjaan atau usaha apapun.


What: Apa Itu Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme?
Weber mendefinisikan kapitalisme bukan hanya sebagai sistem ekonomi tetapi sebagai spirit atau semangat, yang ditandai dengan pencarian keuntungan secara rasional dan berkelanjutan. Menurut Weber, kapitalisme ini sangat terkait dengan nilai-nilai Protestan, terutama:
1. Asketisme: Gaya hidup sederhana yang menghindari kemewahan demi tujuan moral atau spiritual.
2. Kerja Keras: Pandangan bahwa kerja adalah panggilan suci (calling), yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
3. Rasionalitas Ekonomi: Pengelolaan sumber daya dan keuntungan dengan cara yang efisien.

Elemen-elemen ini membedakan kapitalisme modern dari bentuk-bentuk ekonomi sebelumnya, seperti feodalisme, yang lebih didasarkan pada tradisi atau kekuasaan.

dokpri Prof Apollo, 2014 
dokpri Prof Apollo, 2014 

dokpri Prof Apollo, 2014 
dokpri Prof Apollo, 2014 
Why: Mengapa Etika Protestan Penting dalam Kapitalisme?Weber menjelaskan bahwa nilai-nilai Protestan, khususnya dalam tradisi Calvinis, memainkan peran penting dalam membentuk perilaku ekonomi yang mendukung kapitalisme:
1. Konsep Predestinasi: Ajaran Calvinis menyatakan bahwa keselamatan telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Namun, keberhasilan duniawi, termasuk kesuksesan ekonomi, dianggap sebagai tanda rahmat Tuhan, sehingga memotivasi orang untuk bekerja keras dan mencapai keberhasilan.
2. Penolakan Gaya Hidup Hedonistik: Etika Protestan mengajarkan bahwa kekayaan bukan untuk dihamburkan tetapi diinvestasikan kembali demi tujuan produktif. Hal ini mendorong pengembangan modal yang menjadi basis sistem kapitalisme.
3. Hubungan Agama dan Ekonomi: Agama tidak hanya berperan sebagai panduan moral tetapi juga memberikan justifikasi untuk praktik ekonomi tertentu, seperti pengelolaan laba secara rasional.

dokpri Prof Apollo, 2014 
dokpri Prof Apollo, 2014 
How: Bagaimana Etika Protestan Mempengaruhi Kapitalisme?
Weber menguraikan beberapa mekanisme utama yang menjelaskan hubungan antara ajaran Protestan dan kapitalisme:
1. Internalisasi Nilai: Ajaran Protestan membentuk kesadaran individu untuk memprioritaskan kerja keras, efisiensi, dan tanggung jawab sebagai bagian dari kehidupan spiritual mereka.
2. Pembentukan Struktur Sosial: Pengaruh nilai-nilai Protestan terlihat dalam pembentukan sistem ekonomi berbasis rasionalitas, seperti pencatatan keuangan, perencanaan strategis, dan efisiensi kerja.
3. Transformasi Sosial: Etika Protestan mengubah cara pandang masyarakat terhadap kekayaan dan kesuksesan, dari sesuatu yang bersifat duniawi menjadi bukti anugerah ilahi.
4. Institusionalisasi Kapitalisme: Nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab diterjemahkan menjadi standar kerja di institusi-institusi modern seperti perusahaan dan pemerintah.

Dalam pengertian yang sederhana "paradoks" yang ditemukan Weber adalah:

  • Menurut agama-agama Protestan yang baru, seorang individu secara keagamaan didorong untuk mengikuti suatu panggilan sekuler dengan semangat sebesar mungkin. Seseorang yang hidup menurut pandangan dunia ini lebih besar kemungkinannya untuk mengakumulasikan uang.
  • Namun, menurut agama-agama baru ini (khususnya, Calvinisme), menggunakan uang ini untuk kemeweahan pribadi atau untuk membeli ikon-ikon keagamaan dianggap dosa. Selain itu, amal umumnya dipandanga negatif karena orang yang tidak berhasil dalam ukuran dunia dipandang sebagai gabungan dari kemalasan atau tanda bahwa Tuhan tidak memberkatinya.

Cara memecahkan paradoks ini, demikian Weber, adalah menginvetasikan uang ini, yang memberikan dukungan besar bagi lahirnya kapitalisme.

Pada saat ia menulis esai ini, Weber percaya bahwa dukungan dari etika Protestan pada umumnya telah lenyap dari masyarakat. Khususnya, ia mengutip tulisan Benjamin Franklin, yang menekankan kesederhanaan, kerja keras dan penghematan, tetapi pada umumnya tidak mengandung isi rohani.

Weber juga mengatakan bahwa sukses dari produksi massal sebagian disebabkan oleh etika Protestan. Hanya setelah barang-barang mewah yang mahal ditolak, maka individu-individu dapat menerima produk-produk yang seragam, seperti pakaian dan mebel, yang ditawarkan oleh industrialisasi.

dokpri Prof Apollo, 2014 
dokpri Prof Apollo, 2014 

Perlu dicatat bahwa Weber menegaskan bahwa sementara gagasan-gagasan agama Puritan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan tatanan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat, mereka bukanlah faktor satu-satunya (yang lainnya termasuk rasionalisme dalam upaya-upaya ilmiah, penggabungan antara observasi dengan matematika, aturan-aturan ilmiah dan yurisprudensi, sistematisasi rasional terhadap administrasi pemerintahan, dan usaha ekonomi. Pada akhirnya, studi tentang etika Protestan, menurut Weber, semata-mata hanyalah menyelidiki suatu tahap dari emansipasi dari magi, pembebasan dari ilusi dunia, yang dianggapnya sebagai ciri khas yang membedakan dari budaya Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun