Di lokasi penyeberangan, Sungai Sitingkai yang dulunya bernama Sungai Sijoniah ini memisahkan Dusun 1 dan Dusun 2. Bangunan sekolah tempat para bocah ini menimba ilmu berada di Dusun 2.
Ada beberapa sekolah negeri di desa itu. Mulai dari tingkat SD, sampai tingkat menengah pertama. Salah satunya SD Negeri 016, tempat para bocah ini menimba ilmu. Ada 150 murid di sekolah ini.
"Apabila sungai pasang. Mereka diliburkan menjelang normal," kata Sukirman, guru agama di SD Negeri 016 Desa Balung, yang saat itu ikut menyeberang.
Selama ini, murid-murid sekolah dasar di desa dibantu para orang tua untuk menyeberang. Hadirnya para prajurit TNI di desa mereka, dinilai sangat membantu aktivitas sehari-hari. Terlebih ada beberapa titik sungai yang kondisinya juga tanpa jembatan, kini sudah terhubung oleh jembatan yang dibuat para Satgas TMMD ke-105 Kodim 0313/KPR.
"Selama ini warga nyeberang sendiri. Kasian anak-anak, dengan kehadiran TNI sangat terbantu saat menyeberangi sungai," kata Sukirman.
Selain SD Negeri 016, di Desa Balung juga ada Madrasah Ibtidaiyah, dengan jumlah murid 85 orang, Madrasah tsanawiyah (MTs) sebanyak 50 siswa dan siswi serta Taman Kanak-kanak dengan 30 murid dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 13 murid. Sebagian besar mereka harus menyeberangi sungai itu untuk sampai ke sekolah.
Bukan tidak ada upaya pemerintah setempat agar di desa mereka dibangun jembatan penyeberangan. Berkali-kali usulan disampaikan ke pemerintah tingkat kabupaten sudah dilakukan. Namun, tetap saja belum membuahkan hasil. Di Desa Balung, terdapat 5 dusun. Yang terjauh, dari pusat desa adalah Dusun 5 Siasam. Sebagian dusun yang ada di desa itu terpisahkan oleh aliran Sungai Sitingkai.
"Sudah sering diusulkan, tapi realisasi belum ada. Harapan kami ya secepatnya dibuat jembatan, karena sangat dibutuhkan masyarakat di sini. Untuk saat ini, adanya kegiatan bapak-bapak TNI ini melalui program TMMD, sangat membantu kami," kata Ade Indra, salah satu Pemuda Desa Balung, saat kami berbincang santai di tepian Sungai Sitingkai.
Kini, mereka hanya bisa menumpukan harapan pada program TMMD ke-105 Kodim 0313/KPR yang berjalan di desa mereka bisa membantu infrastruktur yang masih kekurangan. Sebab, tidak hanya jembatan, jalan di desa itu juga sangat memprihatinkan. Sebelum para prajurit TNI masuk, luas jalan yang digunakan masyarakat desa hanya 1 meter saja. Kondisi ini diakui Ade.
"Ini adalah desa terisolir. Harapan kami dari TMMD yang masuk ke kami, semoga pak Dandim bisa mengembangkan infrastruktur yang ada di sini. Selama ini, kami membeli kebutuhan pokok ke Sumbar yaitu Pangkalan Koto Baru, karena lebih dekat ke sana," cerita pria 31 tahun ini.
Tak terasa suasana mulai sepi. Rombongan anak sekolah dan beberapa warga yang diseberangkan para prajurit TNI sudah jauh dari pandangan kami. Serka Subuh, Babinsa Desa Balung dan beberapa anggota Satgas TMMD lainnya tampak beristirahat. Tak terlihat rasa letih, meski keringat masih membasahi seragam yang mereka kenakan.