3. Lighting dan Kamera
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, nuansa 30-an ini diambil pada latar yang hangat sehingga tone warna yang digunakan terkesan warm. Namun ketika menaiki kapal pesiar kesan kembali menjadi semi cold, menyesuaikan dengan kisah yang paradoks antara kisah cinta namun tragis. Untuk teknik kamera, cukup bervariasi dalam beberapa scene yang penting untuk disoroti pengambilan gambar bisa dibuat secara unik. Seperti ketika ditunjukkan bagaimana seseorang terbunuh di dalam mesin kapal tersebut. Lighting yang digunakan lebih warm karena memang mengikuti tone warna dari si alur cerita sendiri.
4. Artistik
Tata artistik dalam film ini dibuat super klasik dengan ala modernitas, karena request dari sutradara juga buat setiap hal dalam film ini secara kontemporer. Sehingga, bentuk sofa pun terkesan mewah namun klasik dengan warna yang menyesuaikan alur cerita. Letak dan kebutuhan artistik juga menyesuaikan dengan babak yang sedang direkam. Ketika babak akhir pengakuan dari pelaku pembunuhan, artistik yang ada difokuskan pada kursi dan ruangan tertutup.
Selain miss en scéne, ada juga unsur estetika dalam film ini yang bisa dibahas seperti :
1. Estetika mimetik
Hal ini dapat ditunjukkan ketika adegan dimana kapal pesiar berhenti di patung ratu Pharaoh di Mesir, di adegan ini kita bisa melihat karakteristik mimetik pada zaman abad sebelum masehi. Tergambar dalam bentuk patung dan ukiran di batu. Ada beberapa ukiran yang menceritakan sejarah mesir.
2. Estetika Yunani Antik
Banyak unsur ini karena adanya benda - benda yang dimunculkan mempunyai kegunaan nya masing - masing. Dari kostum dan tata artistik juga bahkan memiliki kegunaan dibaliknya. Seperti kostum yang menggambarkan karakter masing-masing pemain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI