Mohon tunggu...
Tuffahati Ullayyah Bachtiar
Tuffahati Ullayyah Bachtiar Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa S1 Antropologi Universitas Airlangga

Masih belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Demokrasi Kita" Karya Bung Hatta Sebagai Bentuk Kritik Sistem Demokrasi Terpimpin

1 Juli 2022   12:26 Diperbarui: 1 Juli 2022   12:43 1633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Demokrasi Kita adalah bentuk kritik cerdas dari Bung Hatta kepada rekannya, Bung Karno. Esai setebal 35 halaman ini dimulai dengan kritik terhadap tindakan presiden yang kerap bertentangan dengan dasar konstitusi. Presiden Soekarno kala itu  membubarkan DPR hasil pemilu 1955 kemudian membentuk DPR-Gotong Royong yang anggotanya ditunjuk oleh presiden sendiri dengan menyingkirkan orang-orang oposisi. Bung Hatta menganggap bahwa tindakan menyimpang Bung Karno adalah akibat dari krisis demokrasi yang diakibatkan oleh demokrasi parlementer. 

Pemerintahan demokrasi parlementer (1949-1959) didominasi oleh semangat ultranasionalis, para pemimpin partai politik kala itu mengubah sistem presidensiil dengan parlementer sehingga menyebabkan pembangunan sosial dan demokrasi menjadi terlantar karena adanya cekcok politik antar parpol. Demokrasi terpimpin kian nyeleweng dan semakin menuju pada jurang kemrosotan. Hal ini terbukti dengan ekonomi dalam negeri kacau balau, nilai uang makin jatuh, dan menyebabkan cita-cita bersama semakin sulit digapai. Percekcokan politik di pusat menyebabkan pemerintahan di daerah juga makin rumit. Keadaan demokrasi yang seperti ini berpotensi membuka jalan bagi pemerintahan otoriter. Menurut Bung Hatta, hal ini sudah menjadi hukum besi sejarah. Tetapi sejarah juga mengajarkan bahwa diktator yang bergantung pada kewibawaan seseorang, umurnya tidak lebih panjang dari sang pembuat sistem itu sendiri. Sebab itu, nantinya sistem yang dilahirkan Bung Karno carut marut bahkan sebelum beliau wafat. Dalam esainya, Bung Hatta menceritakan begitu banyak miss ketika sedang terjadi krisis pada pemerintahan demokrasi terpimpin. Walau begitu, demokrasi di Indonesia tidak akan pernah hilang, karena pada hakikatnya demokrasi tercipta dari kebudayaan-kebudayaan masyarakat Indonesia sendiri.

Keteguhan Bung Hatta untuk meletakkan jabatan wakil presiden karena bersilang jalan dengan rekannya cukup menampar saya, begitu bijaknya beliau. Juga keberanian beliau dalam mengkritik pemerintahan yang sedang menuju ke arah otoriter dengan begitu banyak kekacauan di dalamnya. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari sikap dan keberanian Bung Hatta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun