"Satu di antara penyesalan terbesar dalam hidup adalah menjadi apa yang diinginkan orang lain, daripada menjadi diri sendiri." -Shannon L. Alder
 Penggalan kutipan diatas memiliki makna yang harus senantiasa ditanamkan di otak kita agar tidak lalai serta dijadikan sebagai reminder dalam hidup. Kita harus menjadi diri kita sendiri dan bangga dalam mengekspresikan diri dengan tidak mendengarkan "kicauan" orang lain serta tidak terlalu memikirkan penilaian orang lain terhadap diri kita, karena yang berhak mengevaluasinya adalah kita sendiri.Â
Tidak lupa juga untuk mengutamakan diri sendiri terlebih dahulu, karena diri kita berharga dari apapun itu. Semakin kita membuka telinga dan memikirkan penilaian orang lain, maka semakin bertambahnya keinginan dalam diri kita untuk merubah diri seperti yang diinginkan dan diangan-angankan oleh orang lain.Â
Alhasil, kita lupa akan diri kita yang sesungguhnya dan memudarnya jati diri kita yang asli. Terkadang, kita dipaksa oleh keadaan untuk menutup telinga dan tidak selalu membukanya.
Mungkin pada sebagian orang, menjadi diri sendiri dan memprioritaskan diri bukanlah hal yang mudah layaknya membalikkan telapak tangan. Menjadi diri sendiri, bukan berarti menuruti kemauan orang lain dan mendengarkan tuntutan orang lain.Â
Terdapat juga orang yang haus akan validasi sehingga dirinya terpaku dengan ekspektasi orang lain. Hal tersebut membuat diri kita akan selalu mengevaluasi diri dan mencari-cari dimana letak kesalahan dan kekurangan diri.Â
Mengevaluasi diri adalah hal yang baik, akan tetapi dapat membuat diri kita berubah dan lupa dengan diri asli kita sendiri yang berujung mengalami identity crisis atau dapat diartikan sebagai krisis identitas.Â
Jika kita sedang berada pada fase mempertanyakan bahkan meragukan diri kita sendiri, maka hal itulah yang menjadi tanda bahwa diri kita tengah mengalami krisis identitas.
Krisis identitas relatif dialami oleh seseorang yang sedang mengalami konflik hebat ataupun terdapat perubahan besar yang sangat berpengaruh yang terjadi pada diri seseorang.Â
Misalnya saja seperti perceraian, kejadian yang membuat diri seseorang menjadi traumatis, atau bahkan seseorang yang telah kehilangan orang yang disayanginya. Krisis identitas juga berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang mengalaminya.Â
Hal tersebut jika tidak segera ditanggulangi akan berujung pada depresi. Merasa dirinya tidak berharga, susah untuk berkonsentrasi, emosi yang tidak terkontrol sehingga mudah marah, bahkan telah menyerah dan putus asa, merupakan gejala-gejala seseorang yang mengalami krisis identitas yang diiringi oleh gejala depresi.Â
Krisis identitas dapat diatasi dengan mulai melakukan apa yang membuat diri kita bahagia, seperti menghabiskan waktu luang dengan melakukan hobi, atau dengan memulai kegiatan dan kesibukan yang membuat diri bahagia.Â
Krisis identitas juga dapat dicegah dengan menggali, mengenali, dan memahami diri kita, mencari tujuan hidup dan passion diri kita, atau dengan mulai melakukan self love.
Dewasa ini, mungkin kata self love seringkali terdengar di telinga dan bahkan telah familiar untuk didengar, terlebih lagi di kalangan remaja. Jika pembaca bertanya-tanya mengenai apa itu self love, jawaban yang paling relevan adalah mencintai diri sendiri.Â
Namun, pentingkah diri kita untuk menerapkan self love? Bayangkan saja, jika kita mencintai dan menerima diri sendiri, tentu hidup akan berjalan jauh lebih bahagia dan terasa enjoy dari yang sebelumnya.Â
Mencintai diri sendiri otomatis akan mengenali diri sendiri dan lambat laun kita akan menerima diri sendiri. Maksud dari menerima diri sendiri adalah seperti berdamai dengan kekurangan yang dimiliki.
Self love bukan berarti semua berjalan atas kehendak atau kemauan diri sendiri, bukan juga atas kesenangan diri sendiri. Self love juga bukan berarti kita berlaku egois atau obsesi terhadap diri kita sendiri, bahkan sampai mengabaikan kebutuhan orang lain hingga bersikap seenaknya atau semena-mena kepada orang lain.Â
Akan tetapi, self love merupakan cara memperlakukan diri dengan memprioritaskan diri sendiri terlebih dahulu, menerima diri apa adanya, mencoba memahami kekurangan yang kita miliki, merawat hingga menyayangi diri serta tidak selalu menilai diri kita berdasarkan persepsi orang lain.Â
Meningkatkan kecintaan terhadap diri sendiri dapat mengurangi beban pikiran yang ada di hidup, sehingga hidup berjalan lebih indah serta kita yang menjalani kehidupan ini tidak mudah stres.Â
Orang yang berlaku self love memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Dari kepercayaan diri yang tinggi tadi, diri kita akan menjadi lebih nyaman dan tidak mudah terpaku akan ucapan orang lain sehingga pikiran kita tidak terganggu dan terbebani.
Akan tetapi, terdapat juga orang yang telah berlaku self love tetapi dirinya berlebihan. Dari sikap self love-nya yang berlebihan tersebut membuat dirinya berlaku egois. Contohnya saja orang yang tervonis menderita obesitas tetapi dirinya tidak mau menerapkan pola hidup yang sehat.Â
Tidak mau berolahraga maupun menjaga pola makan, dengan beralasan bahwa ia sedang mencintai dirinya dan menerima semua kekurangannya. Hal tersebut bukan bentuk konkret dari self love dan juga bukan berarti dirinya sedang menerapkan gaya hidup sehat.Â
Justru jika bersikap mencintai diri sendiri, seharusnya dirinya dapat mengambil langkah dari mulai menyadari dan memikirkan langkah apa yang harus ia lakukan agar diri tetap terjaga kesehatannya dan tercipta pola hidup yang sehat. Seperti dengan berolahraga di waktu yang luang ataupun menjaga porsi makan agar terkontrol dan terkondisi dengan baik.
Terlepas dari hal tersebut, banyak sekali manfaat yang kita peroleh dari menerapkan self love. Selain dengan apa yang telah disebutkan sebelumnya, mencintai diri sendiri dapat meningkatkan rasa kepuasan tersendiri dalam hidup.Â
Ketika berada pada posisi menerima diri sendiri dan menerima kondisi hidup, maka tak ada tuntutan khusus bagi diri sehingga diri kita yang menjalani hidup otomatis mendapatkan rasa puas dalam kehidupan. Tingkat kepuasan yang tinggi berdampak sangat baik dan penting bagi mental.
Mencintai diri sendiri juga dapat mengembangkan gaya hidup yang lebih sehat. Dengan menerapkan perilaku self love, kita akan termotivasi untuk menjalani hidup lebih sehat, seperti berolahraga, memiliki waktu tidur dan beristirahat yang cukup, menjaga pola makan dan mengonsumi makanan yang bergizi serta merawat diri maupun fisik dan batin.Â
Menerapkan self love juga mengurangi risiko terkena mental illness atau yang dapat disebut juga sebagai penyakit mental atau gangguan mental. Bagi orang yang tidak memiliki sikap self love, dirinya akan kesulitan menerima dirinya sendiri dan jika hal tersebut dibiarkan terus-menerus akan mengganggu kondisi mental.Â
Orang yang menerapkan self love di hidupnya rentan terkena berbagai gangguan mental, seperti depresi, anxiety disorder atau gangguan kecemasan, gangguan bipolar, skizofrenia, eating disorder atau gangguan makan, dan sebagainya.
Selain mental illness, sikap self love ini juga menghindarkan diri kita dari rasa insecure. Saat diri merasa kurang dan selalu melihat orang lain sebagai standar kesempurnaan sehingga membuat diri kita merasa kecil, hal itulah yang disebut sebagai insecurity.Â
Insecure dapat ditandai ketika seseorang merasa bahwa dirinya tidak percaya diri, tidak mampu, gelisah dan tidak aman, serta perasaan bahwa dirinya tidak seperti orang lain yang mendekati kata sempurna.Â
Di kalangan remaja, hal ini marak terjadi, misalnya saja seperti insecure akan fisik dan insecure atas pencapaian seseorang. Dua kejadian tersebut seringkali dirasakan khalayak ramai, tidak hanya pada kalangan remaja saja.Â
Merasa tidak percaya diri dengan penampilan, merasa dirinya kurang karena nilai pelajaran yang diperoleh tidak sebagus dengan milik teman, malu karena jerawatan, hingga tidak percaya diri karena belum mendapat pekerjaan sedangkan teman yang lain sudah. Hal-hal tersebut merupakan bukti nyata seseorang dalam mengalami insecurity.
Insecure sangatlah wajar, tetapi kita harus menyikapinya dengan baik dan benar. Self love merupakan sikap yang dapat kita terapkan untuk meminimalisir timbulnya rasa insecure.Â
Dari self love, kita dapat memahami bahwa apa yang kita punya dalam diri kita itu berharga dan tidaklah buruk, apa yang kita lakukan dan usahakan juga patut kita apresiasi karena kita telah berusaha menggapainya walaupun belum berhasil tergapai, serta tidaklah lupa bahwa self love juga mengajari kita cara bersyukur menerima diri dan keadaan dengan apa adanya.
Menyembuhkan diri tidak selalu berkaitan dengan menyembuhkan penyakit yang ada di dalam diri, tetapi juga menyembuhkan luka batin. Dengan self love, kamu dapat menyembuhkan lukamu.Â
Janganlah mencoba menjadi orang lain, banggalah menjadi dirimu sendiri. Karena bagaimanapun dirimu, dirimu adalah yang utama, dirimu sangatlah berharga. Sayangi dan rawatlah dirimu sebaik mungkin, mari mengambil tindakan awal dengan mulai menerapkan self love!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H