Mohon tunggu...
Belalang Kupukupu
Belalang Kupukupu Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga, pekerja kantor, pejalan kaki, penulis bebas Bekerja dan berlibur di Jakarta Karya sudah dimuat di koran daerah - tanpa imbalan Dengan berjalan kaki, naik kendaraan umum dan busway, kita akan lebih kenal Jakarta. Hobi membaca hal yang menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Seri Ibu - Kebun di Jalan

27 Maret 2014   04:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:25 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para ibu tetangga saya beberapa hari terakhir ini repot membereskan tanaman di sepanjang gang. Katanya, petugas kelurahan akan melakukan inspeksi. Tanaman obat sudah dipisah di satu sudut dan diberi label rapi. Sudah beberapa kali kebun di gang kami menjadi wakil kelurahan untuk lomba lingkungan.

Teringat saya  dua tahun yang lalu... Siang hari yang mendung beberapa petugas kelurahan dengan seragam dinas  menengok kebun Ibu. Mereka dengan antusias menunjuk-nunjuk beberapa tanaman yang menarik hati mereka. Rencananya, kebun Ibu - hasil  kolaborasi dengan tetangga sebelah - akan disertakan dalam lomba tingkat kotamadya? Bukan pertama kali ibu berpartisipasi. Tanamannya pernah dipinjam untuk "melengkapi" peserta se-kelurahan untuk lomba sejenis sebelumnya. Tetangga sebelah menyebut nama Ibu saya (almarhum)  sebagai pemilik sebagian kebun ini. Saya dengar beberapa tanaman berguna seperti mahkota dewa, sambiloto, zodia, wow saya tidak tahu kalau itu baru sedikit dari koleksi Ibu.Tentunya kebun Ibu, karena rumah kami di gang, ada di pinggir jalan. Sering daunnya hancur karena anak-anak bermain bola atau anak-anak lain iseng mencabuti bunganya. Pernah juga tanaman Ibu hilang. Beliau berkeliling mencari potnya. Di antara tanaman tugas anak-anak SD dekat rumah kami, pot Ibu sudah diberi nama lengkap dengan kelas dan nama muridnya. Nilainya delapan... Sayang, kata Ibu, anak itu seharusnya bisa meminta baik-baik tanaman Ibu. Tanaman memerlukan tangan dingin, tangan tanaman. Sering Ibu hanya memetik tanaman di pinggir jalan atau pagar orang, lalu menancapkan tanaman itu di tanah dan jreng... Tanaman itu tak lama tumbuh subur di kebun Ibu. Teman-teman dan tetangga sering keheranan. Belum lagi, Ibu sering melap dedaunan dari tanaman miliknya sehingga daun-daunnya mengkilap. Sampai sebegitunyaa?? Orang-orang keheranan. Ya, begitulah, begitu besar rasa sayang Ibu pada tanaman. Ibu juga punya senjata rahasia, yaitu kompos yang beliau buat sendiri untuk menyuburkan tanaman dan bahkan sering kali menjadi "tanah" bagi tanaman-tanaman beliau yang lain. Komposnya dibuat tentunya dari dedaunan yang layu, jatuh di tanah dan potongan sayuran. Semuanya hanya Ibu letakkan di belakang tanaman.Di hari terakhirnya buah sarikaya depan rumah berbuah dan beberapa bunga merah berkembang indah. Syukurlah Ibu sudah melihat bunga bermekaran dan makan buah srikaya itu sebelum masuk rumah sakit dan tidak kembali ke rumah.Kebun Ibu adalah bagian hijaunya lingkungan kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun