Sudah kira-kira dua bulan  ini Gereja Katedral Jakarta memakai penyejuk udara. Pekerjaan instalasi sepertinya belum seratus persen rampung karena masih ada tanda "maaf ada gangguan untuk instalasi AC gereja". Dengan pengaturan suhu ini, umat tidak lagi merasa gerah dan berkeringat pada saat beribadah. Pada misa pukul 10.30 (yang sekarang menjadi pukul 11.00) sebelumnya  udara yang sumuk sangat terasa. Umat sering berkipas-kipas, baik dengan kipas yang dibawa dari rumah atau berkibas-kibas dengan  kertas ibadat. Sering juga bayi dan balita lainnya menangis karena kondisi itu.Untuk sedikit menyejukkan udara, pengurus gereja memasang banyak kipas angin di berbagai tempat, di balkon, bagian depan dekat altar, dekat tempat koor dan banyak lagi. Sayangnya, semuanya tidak sanggup meredam udara Jakarta yang semakin panas dan banyaknya umat di setiap misa.Tahun lalu diselenggarakan sebuah konser paduan suara gereja di malam hari. Suasana gereja Katedral dengan arsitektur dan ornamen dalam gereja membawa penonton ke suasana aad pertengahan sesuai dengan lagu-lagu gregorian yang dibawakan. Untuk menunjukkan kekuatan vokal,  para penyanyi di posisikan di berbagai sudut gereja, jadi tidak di satu posisi konvensional di dekat altar. Namun, konduktor malam tersebut harus mematikan semua kipas angin yang suara menderu-derunya mengganggu kualitas suara penyanyi. Dan penonton konser pun menjadi kepanasan. Sepengetahuan penulis, dari kata-kata pemimpin gereja beberapa tahun lalu, Katedral saat itu bertahan dan tidak berencana untuk memakai AC. Hal tersebut sesuai dengan semangat gereja katolik yang ingin membuktikan solidaritas dengan masyarakat miskin.  Biaya pemasangan sampai kemudian pembayaran listrik dengan adanya AC pastinya sangat tinggi dan pemimpin gereja ingin agar uang sebesar itu digunakan untuk lebih banyak kegiatan sosial.Katedral juga adalah salah satu cagar budaya di indonesia, sehingga tidak bisa dilaksanakan renovasi secara sembarangan. Katedral selain terlihat dari arsitektur neo gotiknya juga kaya dengan ornamen karya seni. Jendela patri dengan berbagai motif, misalnya, dibuat di Eropa pada abad XVIII. Juga dinding  belakang bagian umat adalah karya seniman Belanda,  lukisan tangan yang dijaga agar tidak rusak dengan banyaknya umat yang datang.Ketika akhirnya, keputusan untuk memasang penyejuk udara dibuat dan ijin didapat, masih ada kontroversi didengar. Pamasangan penyejuk udara di Katedral harus mengorbankan beberapa hal, seperti ada bagian kaca patri yang harus dilubangi/dilepas, instalasi pipa besar terlihat di sisi gereja. Ada tulisan tentang ruang ibadah yaitu ruang pengakuan dan bawah tangga yang harus dipakai untuk kelengkapan AC yang memerlukan ruang besar. Penyejuk udara sangat membantu umat beribadah lebih khusuk. Saat pintu ke arah Lapangan Banteng ditutup untuk mencegah udara AC keluar, bunyi bising dari jalan lebih teredam. Mesin ini juga diharapkan dapat membantu pelestarian karya-karya seni yang berada di dalam gereja.Penulis percaya,  instalasi sistem tata udara ini telah direncanakan dengan bijak. Dan semoga membantu pemimpin gereja, umat dan upaya pelestarian Katedral.** Jika ada data yang kurang tepat, mohon memberikan koreksi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H