Lebih dari 70% fasilitas medis di Suriah rusak atau tidak dapat digunakan, menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).sehingga masyarakat tidak dapat mengakses perawatan medis yang diperlukan. Penghancuran sekolah dan ancaman kekerasan yang terus berlanjut telah mencegah anak-anak menerima pendidikan, membuat mereka sangat rentan terhadap dampaknya.
Pelanggaran hak asasi manusia juga terjadi secara meluas dan sistematis selama konflik
berlangsung. Berbagai pihak yang bertikai sering melakukan tindakan penyiksaan,
pemerkosaan, penahanan tanpa proses hukum, dan eksekusi. Pemerintah Bashar al-Assad dan
organisasi bersenjata lainnya telah menggunakan kekerasan sebagai cara untuk menekan
oposisi. Menurut Human Rights Watch, rezim Bashar al-Assad maupun kelompok bersenjata
lainnya menggunakan kekerasan sebagai taktik untuk membungkam perbedaan pendapat dan
menanamkan rasa takut kepada penduduk. Penggunaan senjata kimia dalam sejumlah insiden, termasuk di Ghouta Ghouta pada 2013, merupakan bukti nyata dari kekerasan dalam konflik ini dan telah dikecam secara luas oleh dunia internasional. Hancurnya infrastruktur dan
meningkatnya kekerasan membuat warga Suriah, terutama anak-anak, sangat sulit untuk
mendapatkan kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan layanan kesehatan.
Menurut laporan PBB, krisis suriah merupakan bencana kemanusiaan terburuk di abad
ke-21. Situasi di Suriah telah berkembang menjadi situasi yang sangat menyedihkan dan
menjengkelkan. Konflik telah menyebabkan banyak orang merasa tidak nyaman, Karena telah
menyebabkan jutaan orang menjadi pengungsi baik di dalam negeri maupun melarikan diri ke
negara lain. Saat ini, layanan-layanan penting seperti sekolah,rumah sakit, dan infrastruktur
penting lainnya tidak berfungsi. Selain itu, berbagai kasus pelanggaran keamanan manusia
sering terjadi, termasuk pengusiran, pemerkosaan, danpenyiksaan. Tragisnya, situasi ini menyebabkan penderitaan yang sepertinya tidak akan berubah menjadi lebih parah bagi orang-orang di Perang Saudara, terutama anak-anak. Mereka berada dalam posisi yang sulit untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan perawatan medis.
Banyak orang telah kehilangan mata pencaharian dan mengalami gejolak ekonomi
sebagai akibat dari pertempuran yang berkepanjangan di Suriah. Keluarga-keluarga yang terkena dampak mengalami kesulitan untuk bertahan hidup, dan banyak dari mereka kini
bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Upaya
rekonstruksi telah dimulai, tetapi masih akan sangat sulit untuk membangun kembali negara
yang hancur ini, dan skenario ini membuat kesenjangan sosial dan ekonomi di daerah tersebut menjadi lebih buruk.
Kesimpulan
Sejak dimulai pada tahun 2011, krisis Suriah telah berkembang menjadi salah satu krisis geopolitik dan kemanusiaan yang paling rumit dalam sejarah kontemporer. Demonstrasi damai menentang pemerintahan Bashar al-Assad menjadi pemicu awal konflik, tetapi ketika pemerintah membalas dengan kekerasan, konflik ini dengan cepat berubah menjadi perang saudara. Konflik ini menjadi perang proksi dengan konsekuensi di seluruh dunia sebagai akibat dari keterlibatan sejumlah pihak asing selama bertahun-tahun, termasuk Amerika Serikat, Iran, Rusia, dan negara-negara Teluk. Situasi ini juga diperparah dengan keberadaan organisasi ekstremis seperti ISIS, yang menguasai sebagian besar wilayah Suriah antara tahun 2014 dan 2017. Lebih dari 6,6 juta orang mengungsi, sementara 5,6 juta lainnya melarikan diri ke negara-negara tetangga seperti Yordania, Lebanon, dan Turki. Selain itu, hilangnya infrastruktur penting, termasuk rumah sakit, sekolah, dan sistem transit, membuat penduduk tidak dapat mengakses layanan dasar. Sejumlah pelanggaran hak asasi manusia telah terjadi selain penggunaan senjata kimia secara ekstensif dan kebrutalan terhadap masyarakat. Meskipun telah banyak upaya untuk menengahi krisis, konflik mengenai masa depan Assad dan pembagian wilayah Suriah terus menghalangi penyelesaiannya. pembagian wilayah Suriah, meskipun telah ada beberapa kali upaya perdamaian.
Daftar Pustaka
Pratiwi, E., & Tjarsono, I. (2017). Peran International Committee Of The Red Cross (ICRC)
Dalam Menangani Krisis Kemanusiaan Di Suriah Tahun 2012-2015 (Doctoral dissertation, Riau University).
Adita, F., & Fachri, Y. (2017). Peran PBB Dalam Menanggulangi Violence Against Women
(VAW) Oleh Kelompok Ekstrimis ISIS di Negara Konflik Suriah Tahun 2013-2016 (Doctoral
dissertation, Riau University).
Mudore, S. B., & Safitri, N. (2019). Dinamika Perang Suriah: Aktor dan Kepentingan.
Politea:Jurnal Politik Islam, 2(2), 67-92.
Halomoan, G. (2019). Peran UNHCR dalam kasus-kasus krisis kemanusiaan yang dialami
pengungsi Suriah dalam perjalanan ke Jerman pada tahun 2012-2017.