Mohon tunggu...
Dellana Arievta
Dellana Arievta Mohon Tunggu... -

www.dellanaarievta.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tetap Hari Ibu Meski Tanpa Ibu

5 Januari 2016   01:25 Diperbarui: 5 Januari 2016   02:05 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Terdapat penegasan intonasi jika dilihat dari ukuran font yang digunakan. Pada kalimat “Terima Kasih Telah Merawatku” dan kata “Tidak”, ukuran font nampak lebih besar dibandingkan dengan ukuran font lainnya. Kalimat tersebut menyiratkan ucapan terimakasih yang sangat tulus namun diiringi dengan perasaan yang mengindikasikan sebuah rasa sakit hati terhadap orang ketiga: “Dia Yang Melahirkanku”. Maka jelaslah disini, hubungan sosial antara dua sosok dalam poster adalah seorang anak yatim piatu dengan pengasuh panti asuhannya yang keduanya saling menyayangi satu sama lain bagai anak dan ibunya.

Terdapat 10 tangkai bunga matahari, dimana angka 10 merupakan simbol kesempurnaan yang mengontradiksikan ketidak sempurnaan dua sosok dengan keterbatasan fisik di dalam poster dan seorang anak yatim piatu. Bunga matahari memiliki makna kesetiaan karena bunga matahari memiliki sifat heliotropisme; selalu mengikuti arah dimana matahari berada. Makna warna kuning yang terdapat dalam poster memvisualisasikan kehangatan dan kebahagiaan, diperkuat dengan tekstur rustic berwarna semburat hijau pada poster. Rustic atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut berkarat dan kasar, memiliki kesan pedesaan yang dikaitkan dengan gaya natural dan apa adanya yang menonjolkan nuansa tempo dulu dan kehangatan suasana (kompas.com).

Kehangatan tersebut juga dipadukan dengan illustrasi berpelukan dua tokoh di dalam poster. Putri Herlina yang dianggap sebagai ibu merangkul dengan ‘tangan-tangan sayap’-nya lengkap dihiasi oleh senyum kebahagiaan yang menenangkan. Di dalam poster, sepuluh bunga matahari tersebut bermekaran dan nampak terpaan cahaya dari arah timur yang mengindikasikan suasana pagi, secara tidak langsung hal ini menggambarkan bahwa sosok yang pertama kali ditemui si anak laki-laki di pagi hari adalah Putri Herlina yang terlihat dengan gestur melindungi.

Tanggal 22 Desember sendiri pada awalnya adalah hari perempuan yang diresmikan Presiden Soekarno dengan tujuan untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara (solopos.com). Sosok Putri Herlina dipilih untuk poster peringatan hari ibu ini untuk mewakili semangat seorang perempuan dan Yayasan Sayap Ibu yang berlokasi di Yogyakarta juga untuk memperingati ulang tahun hari pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama (22-25 Desember 1928) yang diselenggarakan di Yogyakarta.

 

Kesimpulan

Poster ini, selain poster peringatan hari ibu, dapat pula dikatakan sebagai pembelaan terhadap hak-hak perempuan yang pada umumnya hanya dinilai sebagai kaum yang mengurus hal-hal yang bersifat domestik, di dalam poster ini juga mengisyaratkan bahwa Putri Herlina adalah seorang perempuan yang dengan segala keterbatasannya mampu mengurus dan menghidupi anak tersebut; tidak kalah dengan kaum laki-laki dan diharapkan seluruh wanita dapat memetik pelajaran yang ada pada dirinya.

 

  

Daftar Pustaka

Barnard, Malcolm. 2002. “Fashion as Communication”. Routledge Publishing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun