Topik 1: T1. 2 Eksplorasi Konsep
1. Bagaimana Anda memahami makna "literasi di abad 21?
Makna 'literasi di abad 21 tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga meliputi keterampilan yang lebih mendalam seperti pemahaman, penafsiran, analisis, dan praktik. Di era di mana informasi mudah diakses melalui berbagai platform. digital, literasi abad 21 menuntut individu untuk mampu memahami konteks dan makna dari informasi yang mereka temui. Artinya tidak hanya sekadar mengonsumsi informasi, tetapi juga dapat menganalisis argumen, mengidentifikasi, dan mengevaluasi dari berbagai sumber agar terhindar dari informasi yang bersifat hoax. Selain itu, literasi juga mencakup kemampuan untuk menafsirkan data dan grafik, sehingga individu dapat menarik. kesimpulan yang berbasis bukti. Praktik literasi yang efektif berarti menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks akademik maupun sosial. Dengan demikian, literasi abad 21 berfungsi sebagai pondasi penting untuk berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat yang kompleks dan terus berubah, serta untuk beradaptasi dengan tuntutan dunia kerja yang semakin membutuhkan keterampilan kritis dan analitis.
2. Dari lima keterampilan membaca di Sekolah Dasar, manakah yang Anda alami sendiri atau temukan di sekolah PPL?
Yang saya alami di Sekolah Dasar terkait dengan keterampilan membaca ialah: 1. Pengenalan kata: Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, pengalaman berharga saya pada saat awal pembelajaran di kelas 1, guru saya memberikan beberapa kata sederhana seperti "Budi," "buku," "bola," dan "Duku." Dengan pengenalan kata-kata ini, saya merasa lebih mudah untuk memahami dan membacanya. Aktivitas ini tidak hanya memperkenalkan saya pada bahasa, tetapi juga membangun kepercayaan diri saya dalam membaca, yang menjadi dasar penting bagi kemampuan membaca saya selanjutnya
2. Kefasihan membaca: Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru sering meminta kami untuk membaca teks bacaan secara bergiliran di depan kelas. Melalui kegiatan tersebut, saya terbiasa membaca dengan fasih dan percaya diri. Kebiasaan ini membantu saya mengembangkan kecepatan dan kelancaran saat membaca, serta memperkuat kemampuan saya untuk menyampaikan informasi dengan baik. Hal ini menjadi salah satu alasan saya bersemangat untuk bisa membaca dengan fasih tanpa terbata-bata dan saya sangat menikmati proses membaca ini.
3. Kesadaran fonemik: Saat berada di kelas 1 SD, guru sering meminta siswa untuk mengikuti ketika ia membaca sebuah kata. Melalui kegiatan ini, saya belajar mendengarkan dan mengidentifikasi bunyi-bunyi dalam kata, yang secara signifikan meningkatkan kesadaran fonemik saya. Aktivitas ini sangat bermanfaat, karena membantu saya memahami hubungan antara suara dan tulisan. Dengan fondasi ini, membuat keteampilan membaca saya lebih luas misalnya, saya mulai mampu mengeja kata-kata baru dengan lebih percaya diri, dan dapat merangkai sebuah kata dari satu huruf secara mandiri.
4. Pemahaman bacaan: Keterampilan pemahaman bacaan sering kali digunakan untuk membaca materi atau cerita. Sebelum pembelajaran dimulai, guru biasanya memerintahkan kami untuk membaca materi terlebih dahulu, Setelah selesai, beliau memberikan pertanyaan terkait isi bacaan untuk menilai pemahaman kami. Proses ini tidak hanya menguji kemampuan membaca, tetapi juga melatih kami untuk menganalisis dan mendapatkan informasi yang telah dibaca, sehingga meningkatkan pemahaman kami terhadap materi yang diajarkan.
3. Bagaimana dengan keterampilan menulis di Sekolah Dasar, manakah dari empat komponen tersebut yang Anda alami?
Kesadaran menulis: Ketika masih berada di bangku SD, saya sering sekali menirukan berbagai tulisan yang saya lihat, seperti poster yang ditempel di ruang kelas. Saya sering meniru tulisan-tulisan tersebut, mencoba untuk menyalin bentuk huruf. Selain itu, saat guru menjelaskan pelajaran, saya memiliki kesadaran untuk mencatat informasi penting di buku catatan saya. Proses mencatat ini tidak hanya membantu saya mengingat materi yang diajarkan, tetapi juga melatih saya dalam menangkap informasi dari guru.
4. Apakah ada komponen literasi berimbang yang dapat Anda identifikasi dari pengalaman pribadi sebagai siswa maupun calon guru?
Komponen literasi berimbang dari pengalaman saya sebagai siswa maupun calon guru mencakup membaca terpadu dan membaca mandiri. Dalam konteks membaca terpadu, saya dapatkan di kelas 1 dan 2 dimana guru sering membawa teks bacaan yang dibacakan kepada kami, sementara kami mendengarkan dengan seksama. Setelah sesi membaca, guru memberikan pertanyaan seputar isi teks tersebut untuk mengukur pemahaman kami. Melalui aktivitas ini, guru dapat mengidentifikasi siswa yang benar-benar mendengarkan dan memahami isi bacaan, serta mengenali gaya belajar masing-masing siswa. Misalnya, siswa yang kesulitan menjawab kemungkinan bukan termasuk gaya belajar audio.
Selanjutnya, membaca mandiri saya alami mulai kelas 3. Saat itu, saya sering membaca buku tanpa bantuan orang lain, baik untuk memahami materi pelajaran maupun mengerjakan soal. Kemandirian dalam membaca ini tidak hanya melatih kemampuan saya dalam memahami teks, tetapi juga membangun rasa percaya diri dalam mengeksplorasi berbagai jenis bacaan. Menulis dengan pemodelan adalah pengalaman penting yang membentuk keterampilan menulis saya di sekolah dasar. Salah satu cara saya belajar adalah dengan menyalin tulisan guru yang ada di papan tulis. Pada saat itu, saya berusaha keras untuk membuat tulisan saya benar-benar mirip dengan tulisan guru, mulai dari besar kecilnya huruf hingga penggunaan tanda baca dan tata letak yang tepat. Ketelitian ini tidak hanya melatih tangan saya untuk menulis dengan rapi, tetapi juga membantu saya memahami bagaimana mengorganisir informasi secara efektif.
Selain itu, saya juga memiliki pengalaman menulis mandiri, yang biasanya saya lakukan saat mendapatkan tugas untuk menceritakan kegiatan sehari-hari atau liburan. Dalam menulis mandiri ini, saya berusaha menuangkan cerita dengan maksimal, menggambarkan pengalaman saya dengan detail dan emosi. Saya belajar untuk memilih kata-kata yang tepat agar pembaca dapat merasakan suasana yang saya ceritakan. Proses ini memberi saya kebebasan untuk berekspresi, sekaligus tantangan untuk menyusun kalimat yang jelas dan koheren. Dengan kombinasi antara menulis dengan pemodelan dan menulis mandiri, saya merasa semakin percaya diri dalam kemampuan menulis saya, dan lebih siap untuk mengeksplorasi berbagai bentuk tulisan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H