Mohon tunggu...
Della official
Della official Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Saya Della Ananda, seorang mahasiswa di salah satu universitas di Kota Malang. saya memiliki hobby membaca dan memiliki minat yang tinggi dalam menulis, namun disamping itu juga saya memiliki bakat di bidang desain grafis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Western dan Korean Wave Sebagai Dinamika Global Kebudayaan Populer

13 Desember 2023   10:35 Diperbarui: 13 Desember 2023   10:40 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era globalisasi ini budaya popular bukanlah hal yang asing lagi bagi kita, bagaimana tidak budaya popular seolah menjadi makanan sehari- hari di masyarakat belakangan ini. Munculnya budaya popular ini pun tak terlepas dari pengaruh globalisasi, sebab pada dasarnya globalisasi bersifat universal sehingga tidak ada satupun aspek dalam kehidupan yang tidak terdampak oleh hal tersebut.

Kehadiran budaya popular dalam suatu masyarakat digunakan sebagai bagaimana suatu masyarakat menggambarkan kehidupan yang sedang mereka jalankan. Budaya popular masuk dan bercampur dengan kebudayaan lokal yang menjadikan budaya tersebut menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat.

Kebudayaan popular atau biasa disebut budaya pop sering diartikan sebagai perebutan makna untuk menarik hati masyarakat. Budaya popular mengedepankan keinstanan atau kepraktisan sebagai ciri utamanya agar hal tersebut dapat lebih mudah dicerna dan di terima di kehidupan masyarakat, sebab tujuan awal dari budaya popular itu sendiri adalah suatu hal yang bisa diperdagangkan dan menghasilka keuntungan untuk memenuhi kebutuhan manusia, biasanya hal ini bisa dalam bentuk produk ataupun hiburan.

Media massa merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari proses masuknya budaya popular ke dalam aspek kehidupan. Media massa berperan sebagai pembawa budaya tersebut, budaya popular pada dasarnya adalah budaya asing yang beradaptasi dengan kebudayaan lokal sehingga dapat lebih mudah di terima oleh masyakat. Budaya pop memberikan dan memudahkan mencari apapun yang kita cari dan kita butuhkan.

Demam korea atau Korean wave merupakan salah satu dari banyaknya bentuk kebudayaan popular yang masuk dan diserap oleh kalangan masyarakat luas. Bentuk dari kebudayaan ini juga beraneka ragam mulai dari film, acara televise, festival budaya , makanan khas korea, music sampai produk kecantikan dipandang suatu hal yang bisa menghasilkan keuntungan. Kebudayaan pop dalam konteks budaya korea tidak hanya membahas tentang apa itu pop sendiri, bahkan lebih dari itu, dalam hal ini budaya tradisional korea diminati dan memiliki nilai bagi masyarakat yang diluar dari wilayah tersebut, mereka menilai bahwa kebudayaan tersebut adalah hal yang baik jika diterapkan dalam kehidupan. Sebab budaya korea sendiri merupakan budaya baru yang masuk dan masyarakat merasa budaya ini adalah sebuah budaya yang menarik sehingga hal ini dipandang sebagai peluang yang bisa menghasilkan keuntungan.

Munculnya Korean wave atau hallyu dibilang banyak membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat, di satu sisi budaya ini masuk menambah keberagaman budaya yang belum ada sebelumnya, sehingga masyarakat harus lebih menghargai kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan lokal. Disisi lain hadirnya kebudayaan baru yang lebih massive ini dapat menggeser kebudayaan asli lokal sehingga banyak masyarakat yang cenderung lupa akan kebudayaan mereka sendiri.

Korean wave pertama hadir di Indonesia ditandai dengan munculnya drama yang ditayangkan oleh salah satu televisi nasional, kemudian drama ini diterima baik oleh masyarakat sehingga banyak televise lain yang mulai berlomba- lomba untuk menayangkan bahkan membuat ulang dengan versi Indonesia. Selain drama, music korea atau yang disebut dengen K-pop juga mulai merambah, music yang dikemas dengan nada yang easy listening dan dibawakan oleh penyanyi yang berparas tampan dan cantik ini seolah menyihir masyarakat untuk terus menikmati hal tersebut.

Dengan masuknya drama dan music ini kehidupan masyarakat mulai berubah, seolah meniru dengan life style yang ada di korea atau bisa dibilang kekoreaan. Music dan drama yang muncul tidak hanya membawa hiburan semata namun lebih dari itu. Drama dan music yang sehari- hari dinikmati oleh masyarakat secara tidak langsung membawa kebiasaan baru bagi kehidupan masyarakat dan bahkan merubah masyarakat untuk meniru kebiasaan yang dilakukan oleh actor atau selebriti yang biasa lakukan. Hal tersebut yang kemudian menjadi peluang para pebisnis untuk menjual produk yang berbau kekoreaan untuk menghasilkan keuntungan.

Dari produk yang diperjual belikan dengan aksen korea itulah mendimbulkan masyarakat menjadi perilaku konsumtif, mereka membeli suatu hal yang berbau dengan korea agar mereka merasa tidak ketinggalan jaman. Sesuai dengan ciri khas kebudayaan popular itu sendiri yakni bersifat trend atau munculnya hal baru tersebut cenderung digemari dan diikuti oleh banyak orang sehingga orang yang tidak mengikuti hal tersebut dianggap sebagai orang yang tidak up to date. 

Dalam kajian cultural studies K- Wave sebagai kebudayaan popular dipandang sebagai cerminan dari postmodernisme. Sebab pada hal ini budaya bisa menjadi suatu hal yang bernilai ekonomi, dengan kebudayaan lokal korea yang disorot oleh media menjadikan hal tersebut sebagai konsumsi oleh khalayak dan pada akhirnya menjadi suatu trend yang harus diikuti oleh semua orang.

Postmodern dalam hal ini adalah menciptakan suatu hal baru di masyarakat dan masyarakat tersebut memandang hal itu sebagai suatu standar baru yang setidaknya harus dimiliki oleh orang. Jika dikaitkan dengan kebudayaan korea yang tengah gencar belakangan ini salah satu bentuknya ialah seperti artis, idol ataupun selebriti korea yang menjadi wajah dari kebudayaan korea tersebut.

Melalui drama, acara televisi dan music, korea seolah menciptakan standar baru dalam kehidupan di masyarakat, kita bisa melihat melalui standar kecantikan yang dibentuk oleh korea melalui artis dan idol yang berperan di dalamnya. Hal tersebut lalu terserap oleh masyarakat dan manjadikan hal tersebut sebagai standar yang sama sebab mereka merasa dengan cara mereka menikmati kebudayaan tersebut mereka adalah bagian dari itu.

Hal tersebut yang kemudian mendorong mereka untuk memakai produk yang sama seperti yang dipakai oleh tokoh yang digemari. Misalnya idol A memberikan perawatan wajah atau skincare yang digunakan, yang pada akhirnya produk tersebut akan laris dipasaran sebab idol tersebut menggunakannya, masyarakat percaya dengan menggunakan produk yang sama akan memberikan hasil yang sama seperti idol tersebut gunakan. Perilaku ini kemudian yang memicu masyarakat yang cenderung konsumtif dengan masuknya kebudayaan kekorean ini, sebab masyarakat yang mudah termakan iklan dan produsen yang berlomba- lomba untuk menarik hati masyarakat agar memakai produknya dengan menggunakan tokoh yang diminati dan hal tersebut membuat kebudayaan korea semakin laris di kalangan masyarakat.

Budaya korea yang masuk ke Indonesia sebenarnya bisa dipandang sebagai suatu hal baik sebab kita bisa menerima kebudayaan lain yang datang terbawa arus globalisasi, namun ada baiknya jika kita lebih aware terhadap kebudayaan lokal agar kebudayaan lokal tidak tergerus oleh kebudayaan lain yang eksistensinya jauh dari kebudayaan lokal itu sendiri.

Selain adanya Korean wave, Western wave juga timbul sebagai wajah dari kebudayaan popular. Bahkan jauh sebelum demam koera yang ramai belakangan ini, masyarakat lebih dulu mengenal produk -- produk barat, yang hal ini memicu timbulnya perilaku westernisasi atau kebarat- baratan.

Dalam perkembangan era globalisasi, pengaruh budaya populer Barat atau yang sering disebut sebagai westernisasi semakin meluas di seluruh dunia. Fenomena meniru dan mengadopsi gaya hidup ala Barat atau yang biasa disebut westernisasi memang bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Apalagi di era digital seperti sekarang yang semakin tanpa batas, arus budaya populer dari berbagai penjuru dunia dengan cepat sekali merambah dan mempengaruhi perilaku generasi muda Indonesia. Salah satunya adalah westernisasi pada industri hiburan atau budaya populer. Westernisasi membawa transformasi besar dalam gaya hidup masyarakat di berbagai belahan dunia. Adopsi pakaian, makanan, dan gaya hidup Barat telah menjadi norma di banyak tempat. Dan hal ini merupakan manifestasi kebebasan untuk berekspresi dan peningkatan kualitas hidup. Namun, munculnya pertentangan terkait kekhawatiran akan hilangnya identitas budaya lokal karena dominasi gaya hidup yang dibesarkan oleh Barat. Bahkan tren K-pop dan drakor ala Korea Selatan pun termasuk westernisasi budaya populer yang sangat digandrungi saat ini.

Lalu apa salahnya dengan fenomena ini? Seiring perkembangan zaman, mengadopsi budaya asing adalah hal yang wajar bukan? Memang benar demikian. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa budaya populer berstandar internasional memiliki kualitas dan daya tarik tertentu yang membuatnya cepat diterima masyarakat, apalagi di kalangan anak muda. Salah satu aspek yang kuat dalam mendukung transformasi gaya hidup di Indonesia adalah dengan mengadopsi unsur-unsur budaya Barat, yang dimana memungkinkan adanya pertukaran budaya yang sehat dan membawa inovasi positif. Contohnya, evolusi dalam mode busana lokal yang menggabungkan unsur-unsur tradisional dengan gaya modern Barat dapat dianggap sebagai bentuk seni yang kreatif dan inklusif. Di sisi positif, pengaruh budaya barat yang konstruktif seperti semangat kemajuan, inovasi, dan efisiensi memang patut untuk diadopsi. Begitu pula kebebasan menjelaskan dan berekspresi yang intinya membangun. Namun di sisi lain, tanpa filter yang baik, westernisasi kerap diikuti pula oleh perilaku gratifikasi instan, hedonisme, konsumerisme, bahkan dekadensi moral yang jelas sangat merugikan generasi penerus bangsa. Masalah dari hal tersebut adalah biasanya westernisasi budaya pop ini justru tanpa filter dan berlebihan sehingga melunturkan nilai-nilai budaya lokal dan batas-batas kesopanan yang ada di masyarakat. Salah satu dampak yang terkena dari adanya westernisasi wave ini adalah industry musik dan film. Industri musik dan film Barat tidak hanya mendominasi pasar global tetapi juga menciptakan ikon budaya internasional. Mendengarkan musik atau menonton film Barat dapat dianggap sebagai cara untuk memahami dunia secara lebih luas.

Bagi pendukung Westernisasi, ini adalah bentuk konektivitas global yang positif, yang membuka pintu untuk saling pengertian antara berbagai budaya. Namun, dari perspektif kontra, kekhawatiran timbul terkait dengan hegemoni budaya. Film Hollywood dan musik pop internasional mungkin mendominasi panggung global, tetapi hal ini dapat menyebabkan ketidaksetaraan dalam distribusi dan penerimaan karya-karya lokal. Tidak hanya itu, dampak negative dari westernisasi terhadap dunia musik dan film bisa dilihat dari banyaknya penggunaan kata-kata asusila di lirik lagu atau pun vulgaritas di video klip yang dinilai tidak pantas ditampilkan di ruang publik. Adegan kekerasan yang berlebihan dalam film dan serial Barat juga rentan mengispirasi perilaku negatif bila tidak hati-hati mengonsumsinya. Bahkan tren pesta Halloween yang identik dengan dunia mistis dan hal-hal seram kini mulai marak dirayakan di sini.

Selain itu, westernisasi juga menimbulkan tantangan terhadap nilai-nilai tradisional dalam banyak masyarakat. Nilai-nilai Barat seperti individualisme dan materialisme sering kali bertentangan dengan norma-norma lokal yang lebih berfokus pada kelompok dan spiritualitas. Oleh karena itu, westrenisasi wave dapat menghasilkan masyarakat yang lebih terbuka, inklusif, dan progresif. Namun, pengaruh dominan budaya Barat dapat mengarah pada hilangnya keunikan budaya lokal, dan menghasilkan dunia yang homogen dalam gaya hidup serta nilai-nilai. Hal ini juga disebabkan oleh kemajuan teknologi, khususnya internet dan media sosial, mempercepat penyebaran budaya populer Barat. Penggunaan teknologi modern dan gaya hidup digital telah menjadi bagian integral dari masyarakat global. Hal ini dapat dinyatakan bahwa manifestasi positif dari Westernisasi, yang membawa kita ke era digital yang membuka pintu bagi komunikasi dan konektivitas global. Namun ada pula resikonya, yang dimana budaya digital yang didominasi oleh Barat dapat mengesampingkan kontribusi lokal dan memunculkan kesenjangan digital yang semakin memperdalam divisi antara negara-negara maju dan berkembang.

Lalu apa akibat bagi masyarakat? Tentu saja semakin merosotnya moral dan nilai luhur budaya Timur. Generasi muda jadi kelewatan dan semakin kehilangan filter batas toleransi yang seharusnya dijaga dalam berperilaku. Apalagi tanpa pendampingan orang tua yang mampu dalam membatasi aktivitas mereka sehari-hari di dunia maya maupun kenyataan, maka potensi dampak negatifnya bisa signifikan. Oleh karena itu, penting bagi regulator dan pengelola kepentingan terkait untuk lebih memfilter konten-konten budaya populer barat yang "melanggar batas". Perlu ada sensor dan yang tegas agar nilai-nilai lokal kita tetap terjaga. Selain itu, partisipasi aktif orang tua juga diperlukan untuk mendampingi dan mengarahkan anak-anaknya dalam menyikapi budaya-budaya populer dunia yang kian masif. Generasi muda harus disadarkan agar tetap bijak dan hati-hati dalam mengonsumsi hiburan modern dengan tetap mengawali batas-batas moral yang ada. Dengan demikian identitas dan kearifan budaya lokal kita dapat tetap terjaga meski di era global.

Budaya populer Western dan fenomena westernisasi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari di berbagai belahan dunia. Meskipun adopsi unsur-unsur Barat dapat membawa inovasi dan kemajuan, kita perlu mempertimbangkan dengan hati-hati dampaknya terhadap keberagaman budaya dan nilai-nilai tradisional. Masyarakat perlu menemukan keseimbangan yang tepat antara pembukaan diri terhadap pengaruh global dan pemeliharaan warisan budaya lokal. Seiring kita melanjutkan ke era globalisasi ini, penting untuk menjaga keberagaman budaya sebagai kekayaan dunia yang patut dihargai dan dilestarikan.

BY: Della Ananda & Syalaisha Nabila Shahrazade 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun