Oleh : Della Novinta
Romo Peter Rudolf Kurris adalah seorang romo berdarah Belanda yang lahir di Maastricht, Belanda pada 11 Agustus 1929. Romo Kurris masuk ke dalam ordo Serikat Yesus dan pada 1950 beliau dikirim ke Indonesia untuk menjalani seluruh studi imamatnya di Indonesia dan akhirnya ditahbiskan sebagai Imam pada 31 Juli 1962 di Yogyakarta. Beliau telah meninggal pada hari Kamis, 24 November 2011.
 "Romo Kurris adalah sosok imam serba plus", meskipun seorang Romo Yesuit tetap rendah hati dan berhubungan baik dengan romo-romo dari komunitas lain. Hal tersebut dapat terlihat karena beliau sering mendapat titipan imam muda diosisan dari Keuskupan Agung Jakarta dan beliau berhubungan baik dengan semuanya tanpa pilih kasih. Selain itu, Romo Kurris disebut sosok imam yang serba plus karena beliau sangat aktif mencari dana bagi perkembangan Gereja. Salah satu renovasi yang beliau ikut andil adalah renovasi besar untuk mengganti atap Gereja Katedral Jakarta ketika beliau menjadi imam kepala di Katedral dan juga pembangunan Gereja Paroki Santa Anna yang berada di Duren Sawit, Jakarta Timur.Â
Karya Romo Kurris yang tidak kalah penting adalah kehidupan umat katolik di Kampung Sawah. Pada tahun 90-an tempat yang sekarang berdiri sebuah Gereja yang terkenal akan sikap toleransinya yang tinggi itu masih berupa hutan, pada tahun-tahun itulah Romo Kurris yang ditunjuk sebagai Romo Kepala Gereja Santo Antonius (nama Gereja Santo Servatius sebelum berubah). Beliau sangat memperhatikan kehidupan umat katolik yang ada di parokinya. Romo Kurris secara rutin mengunjungi umatnya di seantero Kampung Sawah setiap malam berbekal senter dan tongkat menebas semak dan menghindari ular.
Selain aktif dalam kegiatan hidup menggereja, Romo Kurris ternyata adalah seorang penulis yang sudah memiliki banyak karya, paling tidak ada 6 buku yang sudah beliau terbitkan. Beliau adalah orang yang sangat jeli memperhatikan hal-hal kecil yang mungkin tidak menjadi perhatian orang lain yang membuat beliau menjadi berbeda dengan penulis lainnya. Beliau sangat suka menulis cerita atau bahkan buku, terbukti beliau memiliki nama samaran R. Sukri Aslan untuk menulis cerita yang bergenre roman percintaan.
Tidak dapat ditinggalkan juga, Romo Kurris sangat memperhatikan hal-hal kecil yang mungkin orang lain lewatkan. Semasa hidupnya belliau telah membukukan dokumen penting dan peninggalan-peninggalan berharga yang ada di Gereja Katedral Jakarta dan akhirnya beliau memutuskan untuk membangun sebuah museum yang sekarang terkenal dengan nama Museum Katedral Jakarta.
Banyak hal yang dapat diteladani dari sikap, pemikiran dan karya beliau. Romo Kurris merupakan pribadi yang sangat berbeda dari orang kebanyakan, ia selalu memikirkan hal-hal yang dianggap sepele oleh orang lain, terbukti dengan buku-buku yang telah ia tulis yang bercerita mengenai sejarah tokoh Katolik, perjalanannya dan terdapatnya Museum Katedral Jakarta. Pemikiran beliau tersebut dapat kita contoh ketika kita ingin menjadi orang yang lebih produktif, berpikir dengan cara yang berbeda dengan orang lain dan nantinya dapat menjadi berkah bagi diri kita. Pada masa pandemi ini kita juga dapat meneladani hal itu dengan selalu memerhatikan dan melakukan hal-hal kecil untuk menjaga kebersihan diri kita. Tentu saja hal ini tidak boleh lepas dari kedisiplinan. Romo Kurris dikenal sebagai pribadi yang disiplin, kita dapat meneladaninya dalam pandemi COVID-19 ini dengan disiplin melakukan protokol kesehatan dan terlepas dari pandemi kita juga harus melakukannya dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Penulis adalah mahasiswa semester 1 Universitas Airlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H