Mohon tunggu...
dellamusroniputri
dellamusroniputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi kuliner Kepribadian humoris

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kekayaan Emosi: Bagaimana Uang Memengaruhi Kesejahteraan

19 Desember 2024   10:50 Diperbarui: 19 Desember 2024   11:02 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap emosi kita. Dengan memahami hubungan antara uang dan kecerdasan emosional, individu dapat belajar mengelola keuangannya dengan cara yang mendukung kesejahteraan mentalnya. Mengembangkan kecerdasan emosional membantu kita membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas, meningkatkan kepuasan hidup, dan pada akhirnya menciptakan keseimbangan antara kekayaan materi dan kekayaan emosional. Seperti kata pepatah, "uang tidak bisa membeli kebahagiaan", namun pengelolaan keuangan yang bijak dapat membantu kita menemukan kebahagiaan dalam hidup. Uang sering kali dipandang sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas hidup. Namun dampaknya terhadap kesehatan emosional dan psikologis seseorang tidak bisa diabaikan.

Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana uang dapat memengaruhi emosi kita dan kebahagiaan kita secara keseluruhan. Uang tidak hanya sebagai alat transaksi tetapi juga memiliki fungsi mengendalikan emosi. Orang yang memiliki cukup uang sering kali merasa lebih aman dan bahagia. Uang dapat memenuhi kebutuhan dasar dan nafsu yang meningkatkan kebahagiaan, seperti hobi atau objek yang diinginkan. Namun, jika seseorang tidak mengelola keuangannya dengan baik, hal tersebut dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang dapat membahayakan kesehatan mentalnya. Status ekonomi seseorang juga mempengaruhi perasaan dan ekspresi emosinya.

Misalnya, anak-anak dari latar belakang ekonomi yang berbeda mempunyai pandangan berbeda mengenai risiko dan manfaat pengelolaan keuangan. Seseorang yang tumbuh di lingkungan yang mewah mungkin merasa lebih  berhak atas barang-barang mewah, sedangkan seseorang yang berlatar belakang ekonomi sederhana mungkin lebih menghargai kebutuhan dasar.

Perbedaan tersebut dapat menimbulkan ketidakpuasan dan perbandingan sosial yang berbahaya bagi kesehatan mental.

Kecerdasan Emosi Dalam Mengelola Uang 

Kecerdasan emosional adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan finansial. Dengan memahami dan mengelola emosi kita, kita dapat membuat keputusan keuangan yang lebih baik, mencapai tujuan kita, dan dapat hidup bahagia.

Kecerdaasan emosional dalam pengelolaan uang menurut islam adalan sebuah konsep yang holistik, yang tidak hanya melibatkan aspek finansial, tetapi juga spiritual dan sosial. Dengan menerapkan prinsip-prinsip islam dalam mengelola keuangan, untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dan bermanfaat bagi orang lain.

Dalam prospektif islam mengajarkan beberapa prinsip terkait dengan kecerdasan emosional dalam pengelolaan uang antaranya Qana'ah. Kebahagiaan tidak semata-mata ditentukan oleh banyaknya harta, tetapi juga oleh rasa cukup dan kepuasan atas apa yang dimiliki. Sikap qana'ah ini dapat mencegah dari sifat konsumtif yang berlebihan. Qana'ah memiliki arti merasa cukup dengan apa yang telah Allah SWT.  berikan. Qana'ah cenderung lebih tenang dan tidak mudah gelisah karena tidak terbebani oleh keinginan yang berlebihan.

Dalam konteks kehidupan modern sikap qana'ah tetap relevan. Di tengah banyaknya sesorang melakukan konsumerisme berlebih, qana'ah menjadi semacam "benteng" yang dapat melindungi individu atau seseorang untuk menahan diri dari sifat konsumtif berlebih tersebut. Hal tersebut dapat meningkatkan iman individu dalam menahan nafsu. Dengan sikap ini menumbuhkan sikap bersyukur. Ini bukan berarti pasrah dan tidak berusaha, namun lebih kepada menerima dengan lapang dada dan tidak terjebak dalam keinginan yang tak berujung.

Perilaku Konsumtif Dalam Kesejahteraan Emosional 

Kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain sering kali mendorong perilaku konsumtif. Dalam banyak kasus, keinginan untuk memiliki apa yang dimiliki orang lain dapat menyebabkan perasaan tidak puas (Morgan Housel, 2021). Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan sikap syukur dan mengenali nilai dari apa yang sudah dimiliki. Dengan cara ini, individu dapat mengurangi tekanan emosional yang dihasilkan dari perbandingan sosial dan menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun