Sebagai tambahan informasi, bahwa selain kampanye hitam, perlu kita ketahui yaitu kampanye berbasis raksasa. Regulasi Dital yang tegas perlu segera dibuat, karena dalam 5-10 tahun ke depan diprediksi penggunaan kampanye politik digital berbasis data raksasa akan semakin masif. Itu seiring dengan semakin banyaknya jumlah masyarakat pemilih yang memakai media sosial untuk mengikuti berita-berita politik. Kampanye digital berbasis data raksasa juga bisa membuat partai semakin kehilangan identitas atau platform ideologisnya. Sebab, atas nama efektivitas, partai dan politisi akan tergoda menyesuaikan janji pesan kampanyenya mengikuti latar belakang psikologis pemilih yang disasar.
      Kampanye berbasis data raksasa memungkinkan politisi memetakan kelompok pemilih berdasarkan perilakunya di media sosial, termasuk karakteristik dan latar belakang sosial, ekonomi, dan budayanya. Politisi kemudian menjahit pesan kampanye personal yang disesuaikan dengan perilaku dan latar belakang pemilih bersangkutan. Beberapa dampak potensi buruk dari kampanye digital berbasis data raksasa antara lain pelanggaran hak privasi, manipulasi psikologis terhadap pemilih, serta berkembangnya lahan subur untuk penyebaran kabar bohong (hoaks) dan ujaran kebencian yang bisa memperparah polarisasi di masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H