SURAKARTA -- Terik matahari di siang hari menghantui Ismail (60) dengan mengipasi tungku api yang ada didepannya untuk membakar kerak telor. Lebih dari 3 pembeli mengelilingi keranjang pikulnya dengan menanti pesanan kerak telornya. Pesanan kerak telor bebek yang dibanderol Rp25.000 jadi menu jajanan paling favorit pada siang itu hingga mengalahkan pesanan kerak telor ayam yang harganya jauh lebih murah yakni Rp15.000. Tapi pada saat itu, Ismail hanya menyediakan kerak telor bebek. Menurutnya peminat kerak telor bebek lebih banyak dibandingkan telor ayam.
Kerak telor merupakan makanan khas yang berasal dari Jakarta sampe sekarang masih terlestarikan dengan baik secara turun menurun. Walaupun jajan jadul, tetapi khas dari kerak telornya tidak jauh berbeda. Kerak telor yang terbuat dari beras ketan dan telor bebek ataupun telor ayam serta atasnya diberi topping serundeng yang sudah disangrai dan diberi abon. Makanan ini masih dicari oleh masyarakat setiap ada event bazar makanan. Namun, dengan kelangkaan penjual kerak telor di setiap daerah membuat masyarakat susah untuk membelinya. Ada juga kerak telor toppingnya ayam suwir. Seiring berjalannya waktu Ismail pernah mencoba menyediakan berbagai varian topping. Hal tersebut, dapat memikat para pembeli untuk tertarik membelinya. Ismail mempunyai cara unik untuk memprosikan kerak telornya yaitu dengan cara ia membuat sebuah brosur untuk dibagi-bagikan kepada pengunjung muktamar. Ia juga mengatakan pernah di undang di salah satu event bazar makanan yang dimana itu khusus penjual kerak telor, jadi event tersebut menghadirkan penjual kerak telor dari berbagai kalangan daerah.
Dari sekian banyaknya makanan yang orang lain jual di event tersebut. Sesuai nama usahanya yaitu Kerak Telor Khas Betawi menarik perhatian para pegunjung yang datang dalam acara muktamar. Berdasarkan pantauan antara pedagang lainnya, Ismail merupakan satu-satunya penjual kerak telor pada saat itu. Jadi, tidak ada yang mengalahkan jajanan Ismail. Pembelinya pun tidak sedikit. Ada saja pengunjung yang mampir untuk membeli makanan bercita rasa gurih dan manis itu. Peminat makanan kerak telor ini kebanyakan ibu-ibu pengunjung muktamar. Padahal dari sekian banyaknya pengunjung yang datang dalam acara tersebut juga terdapat mahasiswa dan pelajar dari berbagai kalangan daerah. Bagi mahasiswa dan pelajar ini kurang minat untuk membeli kerak telor, namun ada beberapa mahasiswa yang ikut membeli kerak telor tersebut. Menurut Ismail sendiri mengapa anak zaman sekarang tidak minat untuk membeli jajanan jadul seperi kerak telor dikarenakan makanan zaman sekarang sudah banyak varian makanan dan berbagai bentuk makanan. Masyarakat sekarang lebih cenderung menyukai makanan seperti Korean food dibandingkan kerak telor. Meskipun mahasiswa dan pelajar kurang meminati jajan yang ia jual, Ismail tetap bersyukur masih ada yang beli kerak telornya.
Menurut Ismail event yang ia ikuti ini merupakan sebagai bentuk untuk memeriahkan acara Muktamar yang ke-48. Dengan adanya event, laki-laki asal Boyolali ini rela dari kampung halamannya ke Colomadu untuk menjual kerak telor. Ismail saat ini hanya menjual kerak telor ketika ada acara event makanan seperti Muktamar. Ia menjual kerak telornya di berbagai event. Jadi, ia setiap hari sistem dagangnya berpindah-pindah tempat. Sudah banyak event bazar makanan yang ia ikuti salah satunya event muktamar yang digelar beberapa tahun sekali hingga event besar. Ismail sangat senang dengan mengikuti acara event itu, karena sudah lama ia tidak merasakan meriahnya acara muktamar yang digelar selama tiga hari. Ia berharap tahun berikutnya bisa ikut serta dalam acara muktamar lagi. Ismail menjual kerak telor sudah 4 tahun. Ia mendapatkan resep kerak telor dari keluarganya. Ia memang bukan dari Betawi asli, namun dengan ia mendapatkan resep tersebut membuat Ismail untuk berjualan kerak telor.
Ismail berangkat dari rumah pukul 05.00 WIB dengan gerobak pikulnya diletakkan diatas motornya. Jarak dari Boyolali ke Colomadu, Surakarta menempuh perjalanan 1 jam. Ismail mulai menyiapkan bahan-bahan dari kerak telor pukul 07.00 WIB. Selama berjualan di Colomadu, dirinya menyiapkan 3 liter beras ketan putih yang menjadi salah satu bahan utama pembuatan kerak telor. Di pagi hari itu Ismail sangat bersemangat untuk menjual kerak telornya. Stock bahan yang ia bawa dari rumah cukup banyak. Karena untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan ketika membuat kerak telor.
Pedagang kerak telor ketiban berkah muktamar, Ismail dalam 3 hari mendapatkan pendapatan yang cukup banyak. Karena pengunjung muktamar akan terus berdatangan dan mereka dari berbagai kalangan daerah. "Pendapatan perhari saya tidak menentu karena kadang sepi kadang rame. Kalo rame kadang menghabiskan 30 - 40 butir telor bebek. Terkadang tidak sampai 30 butir telor, karena tidak pasti juga dan sesuai keramaiannya saja," jelasnya Ismail.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H