Sejarah Sonai(Serunai)
Mengapa disebut serunai? Dan mengapa serunai digunakan sebagai alat musik Gandai?
Konon, zaman dahulu ada seorang pemuda yang gagah perkasa bernama Malin Deman. Pada suatu hari, Malin Deman sedang berjalan menyusuri Sungai Muar dan akhirnya bertemu air terjun. Â Lalu, Malin Deman ini melihat 7 orang putri yang sedang mandi. Malin Deman pun terpesona ketika melihat 7 orang putri yang cantik dan elok itu. Sehingga terbesit di hati Malin Deman untuk mengambil salah satu selendang putri tersebut dan membawa selendang itu ke hilir sungai.
Setelah selesai mandi, 7 orang putri pun naik ke daratan dan mengambil selendangnya masing-masing, seketika itu salah seorang  putri pun sadar bahwa ada salah satu selendang yang hilang, ternyata selendang itu milik sih Puti Bungsu. Para 7 putri itu harus kembali ke kayangan sebelum matahari terbenam sedangkan selendang Puti Bungsu belum ditemukan, dan akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke kayangan dan meninggalkan Puti Bungsu.
Kakak Puti Bungsu pun berkata: "sebelum Puti Bungsu mendapatkan selendangnya kembali, Puti Bungsu tidak bisa kembali ke kayangan".
Ketika mendengarkan kata sih kakak, Puti Bungsu langsung pergi menyusuri sungai hilir untuk mencari selendangnya. Saat dalam perjalanan, Puti Bungsu bertemu dengan Malin Deman dan bertanya mengenai selendangnya, ternyata Malin Deman tidak  mau mengakui bahwa dia telah mengambil selendang Puti Bungsu.
Singkat cerita Malin Deman dan Puti Bungsu memiliki satu pemahaman dan memutuskan untuk kembali ke Dusun, dimana tempat Malin Deman tinggal. Saat tiba disana, selendang Puti Bungsu itu disimpan oleh Malin Deman di dalam kemud (lesung).
Pada suatu hari, Puti Bungsu pergi ke dapur dan melihat sebuah kemud(lesung) dan ia pun membuka lesung atau kemud itu. dengan kagetnya ia menemukan selendangnya, namun dia tidak mau mengambilnya. Puti Bungsu sangat kecewa kepada Malin Deman dan pergi menghilang mengikuti  hulu sungai  Muar itu kembali.Â
Malin Deman heran dengan hilangnya Puti Bungsu dan mencarinya Kearah hulu sungai Muar tersebut. Namun dia tidak bertemu dengan Puti Bungsu, Malin Deman menyesal dan kembali ke dusun. Di perjalanan Malin Deman pun mengambil satu ruas bambu di tiap lengkukan sungai, total bambu itu ada 9, karena lengkukak sungai tersebut ada 9.
Sesampainya dirumah, Malin Deman memerintahkan kepada adiknya yaitu Malin Dono, untuk menyatukan bambu itu menjadi serunai, Mendengarkan perintah kakaknya tersebut, Malin Dono pun menyatukannya dan jadilah sebuah sonai atau Serunai.Â
Sejarah Redap(Gendang)
Lalu bagaimana dengan Redap? Dan mengapa terjadinya Redap?
Setelah serunai sudah disatukan. Malin Dono pun pergi berjalan-jalan dan Malin Dono pun menemukan sebuah Danau.Â
Malin Dono pergi tidak sendirian melainkan berdua, ia ditemani oleh anaknya. Mereka menemukan ada pohon di tepi Danau itu, yaitu pohon kayu. Menurut anak Malin Dono, pohon yang mereka temukan itu sangat bagus untuk dijadikan Redap/Gendang. Mendengar keterangan dari anaknya tersebut, Malin Dono pun setuju dan mereka pun langsung menebang pohon itu dan memotongnya.
Di lain tempat, warga Desa sedang mengadakan acara masyarakat yaitu, memotong biri-biri. Sehingga terbesit di pikiran Malin Dono untuk meminta kulit biri-biri tersebut agar bisa dijadikan Redap.
Akhirnya mereka mendapatkan kulit biri-biri lalu mengikatkan kulit biri-biri itu dengan kayu yang sudah di potong tadi menggunakan rotan. Dan jadilah redap/gendang yang merupakan bagian dari alat musik Gandai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H