Hal seperti ini merupakan contoh bahwa komunikasi satu arah memiliki kekurangan yang dapat berakibat fatal. Informasi yang disampaikan dapat berbeda makna dengan yang sebenarnya. Belum lagi kesalahan bahasa yang digunakan juga dapat memunculkan arti yang berbeda bagi setiap penerima pesan.Â
Pada kondisi ini, komunikan tidak dapat memberikan komentar atau balasan yang dapat memperjelas informasi tersebut. Sama hal nya dengan kasus terbaru ini, penggunaan komunikasi satu arah pada penyampaian peraturan asrama membuat  terjadinya pelanggaran dari pihak mahasiswa dan pembina.
Apabila penyampaian peraturan asrama disampaikan dengan satu metode yang di dalamnya terdapat tanya jawab lebih dalam, maka persamaan tujuan pembicaraan akan dicapai. Perbedaan makna yang ditangkap oleh pembina dan mahasiswa terhadap peraturan membuat pelanggaran dan kesalahpahaman di asrama dapat terjadi.
Kasus dalam waktu dekat ini adalah bentuk dari perbedaan antara peraturan yang tertera di dokumen, peraturan yang ada dalam perspektif pembina dan peraturan yang dipahami oleh mahasiswa. Penyusunan kalimat yang kurang lengkap membuat pertanyaan timbul dari benak mahasiswa asrama.Â
Mengapa selama ini dilarang menggunakan celana panjang?
Siapa yang dimaksud boleh menggunakan celana panjang dalam peraturan yang tertera?
Peristiwa ini tentunya merupakan pelajaran untuk banyak pihak terutama pengelola dan pembina asrama. Kedepannya diharapkan dapat menyampaikan informasi yang memiliki artian sama dan tentunya memuat penjelasan yang lengkap. Agar pelanggaran di antara kedua belah pihak tidak terulang kembali.
Dalam penyampaian informasi diperlukan model komunikasi yang mendukung dengan baik agar informasi sampai dengan tepat pada sasaran. Perlu nya pembaharuan model penyampaian peraturan asrama serta diskusi lebih antara pengelola, pembina dan mahasiswa. Supaya hal - hal seperti ini kedepannya dapat dihindari.
