Dewasa ini, penggunaan model komunikasi satu arah banyak digunakan sebab memiliki beberapa keuntungan yang mempermudah proses komunikasi. Tak terkecuali ketika menyampaikan informasi dengan sasaran yang jumlahnya banyak.Â
Melalui pesan tulisan misalnya, yang nantinya disebarkan kepada banyak orang sekaligus. Hal ini tentu akan mempermudah proses penyampaian pesan, sebab tidak memakan waktu yang cukup banyak.Â
Namun, apakah penggunaan pesan tulisan yang disebarkan dengan sasaran dalam jumlah banyak dan beragam akan berjalan efektif? Â Sehingga informasi yang diterima benar - benar sesuai dengan apa yang diharapkan pemberi informasi atau pesan.
Baru - baru ini sedang hangat pemberitaan tentang asrama Universitas Andalas. Terdapat seorang mahasiswi yang melanggar salah satu peraturan asrama dikenakan sanksi yang dianggap berlebihan. Sejak awal, peraturan di asrama dibagikan dalam bentuk dokumen yang berisi enam halaman peraturan yang harus dipatuhi.
Komunikasi antara pemberi informasi dan penerima dimuat dalam bentuk tulisan yang harus dipahami sendiri oleh penerima informasi tersebut. Sebab, ada banyak sekali poin yang ingin disampaikan. Sehingga, dianggap akan lebih bisa dipahami apabila peraturan tersebut dibagikan dalam bentuk dokumen tulisan saja.Â
Selain itu juga, peraturan dapat dibaca oleh mahasiswa berulang kali tanpa harus membahas persoalan yang sama dengan pembina asrama.
Sebenarnya tidak hanya melalui informasi tertulis. Pada pertemuan pertama di malam hari, mahasiswa kembali diberikan informasi terkait peraturan asrama oleh seorang pembina. Mahasiswa diminta untuk mendengarkan dengan seksama  serta memiliki kewajiban mematuhi peraturan yang disampaikan versi pembina asrama di depan mereka.Â
Model komunikasi ini termasuk ke dalam model komunikasi satu arah yang mana penerima menyikapi ini sebagai sebuah informasi yang tidak dapat dibantah dan diberi tanggapan. Peraturan disampaikan atas nama pengelola dan tidak dapat diganggu gugat isinya.
Namun, dengan penyampaian informasi yang tidak melibatkan tanggapan penerima, menyebabkan perbedaan makna dan pandangan antara dokumen peraturan, mahasiswa, dan pembina asrama itu sendiri. Contohnya di dalam peraturan asrama tertera bahwa diperbolehkan bagi mahasiswa putri untuk menggunakan celana panjang atau rok panjang ketika keluar dari asrama.Â
Dalam perspektif pembina asrama, semua mahasiswa wajib menggunakan rok panjang, tentunya hal ini berbeda dengan apa yang tertulis dalam dokumen peraturan asrama. Namun, dalam dokumen peraturan asrama sendiri tidak memuat penjelasan tentang pihak mana saja yang boleh memakai celana panjang di asrama.