Walau pun begitu, beberapa ciri khas lainnya tetap ia tampilkan. Seperti adegan-adegan berdarah dan gore, meski porsinya sedikit dan tidak se-vulgar biasa, tetapi tetap ada. Begitu juga dengan konsistensi sudut pengambilan gambar pada scene tertentu ia suka menyoroti secara close up pada tanah atau sepatu. Pola lainnya seperti adaptasi kisah Sharon Tate yang non-linear.
Hal menarik lainnya dalam Once Upon a Time, Quentin cukup sukses menggambarkan beberapa fenoma yang terjadi di masa itu seperti gelombang Hippies yang menjamur kala itu di Amerika, serta penggambaran Hollywood yang cukup glamour, dan sisipan tertentunya pada adegan khusus yang menampilkan pertarungan atara Cliff Booth (Brad Pitt) dan Bruce Lee (Mike Moh).
Hingga di penghujung tour Hollywood-ini pun, kita pun akan dibawa pada benang merah yang sedari awal menjadi pertanyaan. Rangkaian dari setiap fragmen film yang berjalan sederhana ini, pada dasarnya hanyalah imajinasi liar Tarantino akan seorang Sharon Tate. Bagaimana jika Sharon masih hidup dan melahirkan anaknya? Bagaimana jika yang tewas adalah kelompok Manson Family? Semua jawaban itu hanya ada dalam Once Upon a Time in Hollywood.
Nb: tulisan ini juga pernah tayang di batamtoday.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H