Mohon tunggu...
Hendra Mahyudhy
Hendra Mahyudhy Mohon Tunggu... Penulis - Deliriumsunyi

"Hilangnya ilmu pengetahuan adalah tanda-tanda kehancuran". Pekerja Text Komersil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ku Kira Negeri Ini Berbalut Embun, Ternyata Jerebu dari Lahan dan Hutan yang Terbakar

16 September 2019   11:34 Diperbarui: 16 September 2019   11:38 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kondisi ini akan berkurang apabila turun hujan, hujan di Kepri diperkirakan mulai turun akhir September 2019 tetapi sifatnya lokal/tidak merata," jelasnya.

Mendengarkan kabar ini, saat penulis mencoba menghubungi Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Batam untuk menanyakan dampak dari kabut asap, Didi mengatakan bahwa dia telah sempat juga menghubungi Kementrian Agama (Kemenag) Batam, bahwa mereka akan menggelar shalat minta hujan atau Istisqa bersama.

"Persoalan ini merupakan berdampak nasional, tak ada salahnya kita membantu juga dengan berdoa," katanya siang ini.

Dalam hal ini Didi juga memfokuskan akan gejala Inspeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang akan dihadapi masyrakat, jika Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) meningkat, maka kecendrungan masus ISPA juga akan mengalami kenaikan.

"Namun Kasus ISPA ini nanti awal bulan datanya baru masuk dari setiap Puskesmas se-kota Batam. Kalau dampak asap ini terhadap itu pasti ada. Karena pollutan materialnya merangsang saluran pernafasan," ujar Didi, Sabtu (14/9) siang ini.

"Kita saat ini lebih memberi imbauan dulu agar menimalisir dampaknya. Seperti; Mengurangi aktifitas di luar rumah, jika memungkinkan. Kalau keluar rumah pakai masker. Konsumsi air putih minimal 2 liter. Konsumsi buah dan sayuran agar gizi berimbang. Periksa segera kesehatan jika ada keluhan pernafas," pungkasnya.

Sementara itu, Herman selaku Humas Manggala Agni Daops Batam mengatakan, perihal hotspot atau titik panas secara nasional untuk Jumat (13/9) kemarin disebutkan terdapat sebanyak 147 di wilayah Sumatera semata, dengan hotspot terbanyak ada di Provinsi Jambi, sebanyak 74 titik, menyusul Sumatera Selatan 46 titik, Riau 22 titik, Bengkulu 3 titik, dan Bangka 2 titik.

Jadi, sudah siapkah kita dengan segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ke depannya akan problematika jerabu yang terus menghiasi langit kota ini, tatkala negara kita sibuk menfokuskan diri akan peluang investasi, yang bahkan beberapa perusahaan juga turut menyebabkan kebakaran di dalam hutan dan lahan seperti yang terjadi di tanah Swarnadwipa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun