sampah di masyarakat masih terbatas pada pada pendekatan akhir (end-of-end), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke TPA sampah. Hal yang tidak terlalu banyak orang sadari adalah timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi TPA dapat berpotensi untuk melepaskan gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Selain itu, sampah organik yang terbuang di TPA juga dapat mencemari tanah dan air. Proses pembusukan sampah organik menghasilkan senyawa kimia yang dapat merusak ekosistem dan mengganggu keseimbangan ekologi. Peningkatan jumlah sampah organik yang tidak terkelola juga dapat menyebabkan penurunan kualitas air tanah dan meningkatkan risiko banjir.
Proses pengolahanLimbah rumah tangga khususnya yang berasal dari aktivitas dapur menempati urutan teratas sisa konsumsi keluarga. Hal ini jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan masalah besar bagi lingkungan. Oleh karena itu, kita sebagai pelaku konsumsi sangat dianjurkan untuk dapat mengelola sampah bahkan dengan cara yang sederhana agar dapat mengurangi penyumbangan sampah yang dihasilkan. Salah satu alternatifnya adalah mengubah sampah-sampah tersebut menjadi larutan ekoenzim yang multifungsi.
Apa larutan ekoenzim itu?Â
Ekoenzim pertama kali diperkenalkan oleh Rosukan Poompanvong. Gagasan dari projek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik. Oleh karena itu, larutan ekoenzim merupakan cairan multifungsi hasil fermentasi dengan sampah organik.
Hasil penelitian melaporkan bahwa dalam larutan ekoenzim terdapat enzim yang mengandung aktivitas amilase, protease, dan lipase yang dapat dimanfaatkan untuk mengolah limbah yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Larutan ekoenzim juga mengandung asam asetat sebagai hasil pengubahan asetaldehid dan air dari alkohol oleh metabolisme bakteri alami dari bahan yang digunakan dalam larutan ekoenzim.
Bagaimana cara membuat larutan ekoenzim?
Sebelum kita membuat larutan ekoenzim, maka disiapkan terlebih dahulu bahan-bahan berikut: bahan organik limbah rumah tangga (terutama sayuran dan kulit buah-buahan segara yang tidak busuk, berjamur, atau terkena minyak), lalu air gula (molase), dan air (air sumur, air hujan, air buangan AC, atau air isi ulang). Sementara itu, untuk alatnya cukup diperlukan wadah/botol berbahan plastik yang memiliki tutup sehingga dapat kedap udara.
Bahan-bahan yang sudah disiapkan dicuci dan dijemur dan ditimbang untuk dibuat perbandingan 1 : 3 : 10 = air gula : sampah organik : air. Lalu, dituangkan dalam wadah, diaduk agar semua bahan tercampur dan ditutup rapat dan disimpan di tempat sejuk (bukan kulkas) selama minimal 3 bulan. Selama proses fermentasinya, akan dihasilkan gas. Oleh karena itu, di bulan pertama, dibuka tutup botol tiap hari untuk mengeluarkan gasnya. Larutan ekoenzim yang berhasil dibuat terlihat berwarna coklat dan beraroma fermentasi asam manis yang kuat.
Apa saja manfaat larutan ekoenzim?Â
Larutan ekoenzim dapat memiliki berbagai manfaat, secara ekonomi dapat menghemat pengeluaran, karena ini bisa digunakan sebagai campuran detergen dalam cairan pembersih dan pembasmi kuman, seperti pel lantai, mencuci toilet, mencuci piring, pakaian dan membersihkan kaca jendela serta minyak yang menempel pada permukaan kompor atau meja dapur. Larutan ekoenzim juga dapat digunakan untuk pembersih sayur dan buah, pengusir serangga, pembersih kerak bahkan penurunan suhu radiator mobil. Selain itu, larutan ekoenzim juga dapat digunakan sebagai hand-sanitazer karena memiliki sifat disinfektan dari kandungan alkohol di dalam larutannya.
Bagaimana tinjauan kebermanfaatan larutan ekoenzim dalam aspek kimia lingkungan?