Indonesia merupakan negara kepulauan yang menyimpan banyak sekali kekayaan di dalamnya baik itu kekayaan alam hingga kekayaan budaya. Perbedaan budaya dari satu daerah dengan daerah lainnya membuat kaya budaya yang ada di Indonesia.Â
Keberagaman ini tidak lepas dari kebudayaan yang datang dari kehidupan di masa lampau. Keberagaman budaya yang ada membuat kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari budaya yang telah menjadi ciri khas negara Indonesia.Â
Budaya bahkan ada pada proses belajar mengajar di sekolah tanpa kita sadari. Keterkaitan budaya dengan proses pembelajaran khususnya matematika dapat kita pelajari dan eksplorasi dengan etnomatematika.
Etnomatematika merupakan sebuah pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan realitas hubungan antara budaya lingkungan dan matematika sebagai rumpun ilmu pengetahuan.Â
Jika menengok negara negara lain, keberhasilan negara Jepang dan Tionghoa dalam pembelajaran matematika karena mereka menggunakan Etnomatematika dalam pembelajaran matematika (Uloko ES, Imoko BI, 2007:31-36).
Etnomatematika terbentuk dari kemampuan suatu pengetahuan berbaur dengan kebudayaan sekitar. Kebudayaan yang masih dipertahankan turun menurun hingga saat ini di kehidupan masyarakat seperti tarian, rumah adat, makanan tradisional, juga alat musik tradisional.Â
Seperti halnya di kehidupan suku Betawi di Jakarta mempunyai alat musik bernama gambang keromong dan juga tanjidor serta alat-alat musik lainnya yang dipertahankan dari jaman dahulu hingga sekarang. Dalam perancangannya alat-alat musik ini menggunakan dasar matematika geometri yaitu dalam bentuk alat musiknya.
Keterkaitan matematika dengan kehidupan budaya di masyarakat terkadang tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri karena banyak dari masyarakat yang berpikir bahwasanya matematika haruslah rumit menggunakan rumus, teorema, perhitungan yang panjang dan sebagainya.Â
Akan tetapi, etnomatematika yang berkembang di masyarakat tidak harus rumit dan lebih sederhana dalam pengaplikasiaannya.
Seperti yang kita ketahui bahwa etnomatematika merupakan hubungan antara matematika dan budaya dan yang kali ini ialah budaya alat musik gambang kromong Betawi.Â
Ada beberapa hubungan matematika dan alat musik gambang kromong seperti bentuk alat musik yang berhubungan dengan geometri, birama yang berhubungan dengan pecahan, dan pengelompokan jenis alat musik yang berhubungan dengan himpunan.
Alat musik gambang kromong berhubungan dengan geometri dimulai dari bentuk dasarnya, ada beberapa instrument alat musik gambang kromong yang berbentuk tabung, persegi panjang, dan lingkaran.Â
Selain bentuknya kita juga dapat mencari luas permukaan serta volume dari instrumen-instrumen alat musik gambang kromong.
Birama musik pada alat musik gambang kromong beragam tergantung dari lagu yang dibawakan. Ada yang mempunyai birama 2/4, 3/4, atau 4/4. Birama ini dapat digunakan dalam bab pelajaran pecahan dalam pembelajaran matematika, karena konsep yang dipakai pada birama ialah konsep pecahan.
Sedangkan hubungan gambang kromong dengan himpunan ialah dikarenakan dalam alat musik gambang kromong dikategorikan dalam beberapa kelompok. Pembagian kelompok pun dapat dibagi lagi pembagian berdasarkan nada dasar alat musik atau cara bermain (dipukul, digesek, dan sebagainya).
Dengan adanya etnomatika ini diharapkan dapat membuka wawasan baru bagi pengajar maupun anak didik bahwasanya matematika bukanlah hanya sesuatu yang rumit, tetapi matematika ada pada hampir semua aspek kehidupan mulai dari yang mudah hingga rumit.Â
Dan diharapkan dengan didalaminya etnomatematika dapat membuat pengajar mengamalkan cara ajar ini agar anak didik dapat belajar matematika dengan realita yang ada di kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H