Mohon tunggu...
Delima Febriyanti Pintubatu
Delima Febriyanti Pintubatu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi'22

Hobi yang masih dilakukan sampai saat ini adalah menonton turnamen badminton dan film berbahasa asing dan Indonesia dengan genre bebas asalkan bukan horor.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ekoenzimku Sejuta Manfaat Untukmu - Satu Langkah Perlindungan Negara

25 Februari 2022   14:22 Diperbarui: 25 Februari 2022   14:31 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekoenzimku Sejuta Manfaat Untukmu


Semester lima di kelas 12 merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi para siswa karena akhirnya ada di penghujung akhir di sekolah tingkat menengah. Selain kebanggaan, terdapat juga sebuah rintangan yang perlu dilewati salah satunya adalah tugas akhir yang merupakan penunjang nilai kelulusan. 

Tibalah di pertengahan semester lima, seluruh siswa kelas 12 diberikan tugas mata pelajaran PPKn, dimana siswa ditugaskan untuk membuat sebuah karya yang telah ditentukan oleh guru mata pelajaran PPKn dan karya tersebut ditampilkan dan dipertanggung jawabkan sebagai proyek akhir di mata pelajaran PPKn. Tugas proyek tersebut adalah membuat Ekoenzim.

 Saya yang merupakan kelas jurusan IPS yang notabene bukan berasal dari kelas MIPA merasa jika tugas ini tidak masuk akal dengan jurusan saya. 

Mendengar ekoenzim saja saya tidak pernah, apalagi  tau cara membuatnya, tapi yang paling utama menurut saya ekoenzim ini tidak ada kaitannya dengan mata pelajaran yang bersangkutan yaitu PPKn. Guru PPKn juga berkata demikian sambil tertawa, namun beliau berpesan jika dikaitkan dengan materi yang di berikan nanti dan melihat manfaat dari ekoenzim pasti semuanya akan berkaitan. 

Apa itu ekoenzim? Apa manfaatnya? Kenapa dan apa kaitannya dengan mata pelajaran PPKn? Pertanyaan itu dijawab guru PPKn "Coba dikerjakan saja terlebih dahulu, pasti kalian akan mengerti maksud ibu memberikan tugas proyek jangka panjang ini" mendengar hal tersebut, semua teman kelas saya termasuk saya langsung mencoba dan mengerjakan tugas tersebut meski masih tetap bingung dan merasa aneh dengan tugas yang diberikan.

Ekoenzim atau ecoenzyme atau garbage enzyme adalah larutan kompleks hasil fermentasi dari limbah organik seperti limbah buah dan sayuran dengan gula merah atau molase dan air dengan bantuan mikroorganisme selektif dari kelompok jamur dan bakteri selama 3 bulan. 

Hasil larutan fermentasi memiliki warna coklat tua dan berbau asam-manis kuat khas produk fermentasi. Penemuan ini merupakan suatu upaya yang dilakukan Dr. Rosukon Poompanvong, nama doctor itu, bagi lingkungan dengan membantu para petani di sana memperoleh hasil panen yang lebih baik sekaligus ramah lingkungan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ekoenzim merupakan sebuah cairan hasil fermentasi sederhana yang dimana bahan untuk membuatnya berupa limbah atau sampah organik atau sampah yang bisa atau dapat diuraikan. Namun untuk limbah itu sendiri lebih disarankan untuk menggunakan sampah bekas kulit buah atau sayuran yang tidak layak dikonsumsi.  Bagaimana cara pembuatan ekoenzim? 

Sebelum ke cara pembuatan nya, dalam pembuatan ekoenzim ada yang dinamakan rumus, dimana rumus ini digunakan untuk takaran wajib pembuatannya. Rumus atau takaran wajib nya adalah 1:3:10. Dimana maksud dari rumus perbandingan takaran wajibnya adalah

1 = 100 gram gula merah

3 = 300 gram kulit buah

10 = 1000 ml air


  • Alat dan bahan:
  1. Gula merah 50 gram
  2. Air 500 ml
  3. Kulit buah 150 gram
  4. Botol plastik bekas ukuran 1,5 L
  5. Pisau
  6. Gelas berukuran besar atau bisa botol
  7. Sendok
  • Cara membuat:
  1. Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan
  2. Kemudian, irislah semua gula merah yang sudah diukur takarannya, lalu masukkan ke dalam gelas ukuran besarSelanjutnya,
  3. masukkan air yang sebelumnya sudah ditakar sesuai rumus perbandingan ke dalam gelas ukuran besar yang berisi gula yang sudah diiris, lalu aduklah menggunakan sendok hingga gula merahnya larut
  4. Ambil kulit buah yang sudah disiapkan sesuai takaran, sebelum dimasukkan ke dalam botol ukuran 1,5 liter, kulit buah nya dipotong-potong kecil terlebih dahulu agar memudahkan kita memasukkan kulit ke dalam botol
  5. Setelah dipotong-potong menjadi ukuran yang kecil, masukkanlah kulit buah nya kedalam botol, dan disusul air yang sudah tercampur dengan gula merah
  6. Terakhir, tutup botol kuat dan simpan botol tersebut di suhu sedang
  7. Jika sudah waktunya panen, atau setelah 3 bulan boleh langsung disaring dan diambil airnya

dokpri
dokpri
Ekoenzim setelah 5 hari dan 1 bulan pembuatan
Ekoenzim setelah 5 hari dan 1 bulan pembuatan
Ekoenzim setelah 3 bulan dan sudah disaring
Ekoenzim setelah 3 bulan dan sudah disaring
  • Beberapa aturan tambahan atau hal-hal yang perlu diperhatikan setelah saya mencoba membuat ekoenzim
  1. Takaran perbandingannya bisa disesuaikan dengan tempat atau wadah ekoenzimnya. Misalkan wadahnya botol ukuran 600ml maka takaran perbandingannya bisa diperkecil dengan cara membagi rata perbandingannya. Contoh: 1:3:10 = 100:300:1000 diperkecil dengan dibagi 5 menjadi 20:60:200, dimana 20 gram untuk gula merah, 60 gram kulit buah, 200 ml air
  2. Wadah yang akan dijadikan sebagai tempat pembuatan ekoenzim harus lah memiliki ruang yang besar agar pada saat fermentasi. Maksudnya, jarak antara air dengan tutup botol haruslah banyak, sebab selama fermentasi berlangsung dalam botol akan banyak sekali gas yang dihasilkan oleh buah dan air gula nya. Apabila ruang dalam botol sempit maka botol tersebut akan meledak dan memuntahkan isinya
  3. Usahakan untuk menggunakan kulit buah yang tidak terlalu banyak menghasilkan gas, diantaranya seperti nangka, durian, nanas, dsb
  4. Pada saat proses melarutkan air dengan gula, jangan menggunakan air panas atau air apapun yang sudah diolah. Usahakan menggunakan air biasa saja
  5. Satu minggu atau dua minggu setelah pembuatan, harsulah dibuka setiap hari. Hal ini bertujuan untuk membuang gas proses fermentasi agar tidak meledak
  6. Biasaya pada hari ketiga dan keempat biasanya puncak banyaknya gas dalam botol, maka pada saat dibuka usahakan perlahan-lahan jangan sekaligus. Hati-hati dengan ledakannya bisa mengenai telapak tangan yang membuka tutup botol
  7. Jika di dalam botol muncul cacing, bisa ditambahkan garam ke dalam botol dan di goyangkan botolnya agar si cacingnya mati, dan apabila berembun boleh botolnya dijemur untuk menghilangkan embun nya, jika tidak pun tidak apa-apa

Proses fermentasi ekoenzim terjadi selama 3 bulan. Selama bulan pertama fermentasi, alkohol akan dilepaskan, sehingga akan tercium bau alkohol dari larutan ekoenzim. Pada bulan kedua, akan tercium bau asam, yang merupakan bau asam asetat. Dengan banyak senyawa seperti mineral dan vitamin, itu akan terus rusak dan secara alami membentuk enzim. Oleh karena itu, durasi minimum yang disarankan adalah 3 bulan. Setelah selesai difermentasi, produk fermentasi ekoenzim akan memiliki aktivitas mikroba yang tinggi, sehingga dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba. Seperti pada aromanya, tampilan atau warna dari ekoenzim dipengaruhi dari proses fermentasinya. Ekoenzim yang sudah terfermentasi berwarna coklat pekat.

Dengan adanya cara pembuatan ekoenzim ini, bisa membantu negara bahkan seluruh dunia untuk mengatasi masalah sampah yang lumayan terbilang sulit untuk diatasi. (Dilansir dari Indonesia.go.id) Sampah adalah masalah bagi setiap orang, karena selalu dihasilkan setiap harinya dan sepanjang tahun. Bank Dunia dalam sebuah laporannya medio September 2019 melansir data mengenai produksi sampah global. Lembaga keuangan internasional tersebut mengklaim bahwa pada 2016 terdapat 2,01 miliar ton sampah menumpuk di dunia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengakui bahwa pada 2020 total produksi sampah nasional telah mencapai 67,8 juta ton. Artinya, ada sekitar 185.753 ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk. Atau setiap penduduk memproduksi sekitar 0,68 kilogram sampah per hari. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2018 saja, produksi sampah nasional sudah mencapai 64 juta ton dari 267 juta penduduk. Sampah-sampah tadi pada akhirnya berkontribusi besar menambah makin menggunungnya timbunan di tempat-tempat pembuangan akhir (TPA).

Timbunan sampah yang menggunung itu, selain menimbulkan pencemaran lingkungan, juga menambah produksi gas metana dari sampah. Kasus ledakan gas metana di gunungan sampah TPA Cireundeu, Leuwigajah, Kota Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Januari 2005 telah membuka mata banyak pihak. Terutama soal bagaimana tata kelola sampah semestinya dilakukan. Sejak peristiwa itu, seluruh pemangku kepentingan dalam penanganan sampah pun mencari cara untuk terus mengurai sampah-sampah. Karena pemandangan gunungan sampah belasan meter tingginya itu bukan hanya milik TPA Cireundeu, melainkan hampir terjadi di TPA seluruh Indonesia. Termasuk di Bantargebang Bekasi. TPA Bantargebang merupakan yang terbesar di tanah air sebagai penampung mayoritas dari 8.000 ton produksi sampah milik warga Jakarta setiap hari.

Menindak hal itu maka salah satu langkah yang tepat adalah membuat ekoenzim. Dengan melakukan atau melaksanakan pembuatan ekoenzim ini setidaknya ada rasa kepedulian dan rasa cinta tanah air, kenapa? Sebab dengan kita mencoba membuat ekoenzim ini dan membiasakan diri untuk memanfaatkan sampah organik tersebut menjadi ekoenzim. Tindakan ini secara tidak langsung menolong dunia, jangankan dunia tapi negara itu sendiri, karena volume sampah akan terus berkurang dan lingkungan pun tambah ramah dan asri untuk ditinggali selain itu juga secara tidak langsung kita mendukung kebijakan pemerintah dalam zero waste. 

Selain untuk mengurangi volume sampah organik di negara kita sendiri dan lingkungan sekitar tempat tinggal kita, ekoenzim juga punya manfaat lainnya diantaranya dapat mengurangi penggunaan zat-zat kimia dalam rumah tangga, mengurangi pencemaran bumi. Ekoenzim mampu membunuh bakteri dan jamur, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti pembersih dan pestisida berbahan kimia. 

Ekoenzim dimanfaatkan menjadi cairan pembersih, pupuk tanam, pengusir hama, mengobati tanah dan juga membersihkan air yang tercemar. Ekoenzim juga memegang peranan penting dengan solusi terbaik, selain masalah sampah organik dan juga baik untuk kesehatan. Ekoenzim memperbaiki kualitas udara dimana setiap hari kita menghirupnya, memperbaiki kualitas air dimana setiap hari kita minum dan menggunakan air sebagai sumber kehidupan, dan memperbaiki kualitas tanah yang kita konsumsi setiap hari.

Dengan 1 ekoenzim saja bisa memberikan banyak manfaat bagi beberapa orang, bagaimana jika semua masyarakat terutama masyarakat yang ada di Indonesia sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan merealisasikan kecintaan terhadap negaranya serta bentuk tanggung jawab menjaga lingkungan negara dan mayarakat dengan mencoba melakukan hal tersebut? Pasti negara kita akan bersih dari sampah dan dikenal kreatif dalam mengola bahan sisa atau limbah.

Saya berharap bukan hanya saya saja yang bisa melakukan hal ini tapi masyarakat lainnya juga bisa membuat ekoenzim dan mengolah sampah organik di rumah tangga masing-masing. Bukan hanya sekedar membuat ekoenzim karena manfaatnya tapi juga membangun kesadaran masyarakat itu sendiri untuk bagaimana mencintai tanah airnya, tempat tinggal nya, bumi kita bersama.  Intinya apa yang kita lakukan itulah dampak yang kita rasakan. Kesadaran penuh diperlukan untuk menumbuhkan rasa kecintaan dan sayang akan lingkungan, lakukan tindakannya bukan cuma bicara. Satu tindakan kita sejuta manfaat untuk negara dan dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun