Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak Sekolah Dasar (SD) yang kurang mahir menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Kondisi ini tentu menjadi perhatian, mengingat bahasa Indonesia adalah alat komunikasi utama yang penting dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.
Faktor Penyebab Anak SD Kurang Mahir Berbahasa Indonesia
1. Pengaruh Bahasa Sehari-hari
Di Indonesia, banyak anak tumbuh dalam lingkungan yang menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama. Hal ini membuat mereka lebih akrab dengan bahasa daerah dibandingkan bahasa Indonesia. Di perkotaan, bahasa gaul atau campuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing seperti Inggris juga sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Akibatnya, anak-anak kurang terpapar pada bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Minimnya Kebiasaan Membaca
Minat membaca anak-anak Indonesia masih tergolong rendah. Banyak anak lebih memilih bermain gadget atau menonton video dibandingkan membaca buku. Padahal, membaca buku adalah salah satu cara efektif untuk memperkaya kosa kata dan meningkatkan kemampuan berbahasa. Selain itu, buku anak-anak berbahasa Indonesia yang menarik dan sesuai dengan usia mereka masih terbatas jumlahnya.
3. Dominasi Media Digital
Di era digital, anak-anak lebih sering mengonsumsi konten berbahasa asing melalui media sosial, video, atau game online. Hal ini membuat mereka lebih terbiasa mendengar dan menggunakan bahasa asing dibandingkan bahasa Indonesia. Akibatnya, kemampuan mereka dalam berbahasa Indonesia menjadi kurang terasah.
4. Metode Pembelajaran yang Kurang Menarik
Pelajaran bahasa Indonesia di sekolah sering kali diajarkan dengan cara yang monoton, seperti menghafal tata bahasa atau membuat karangan formal. Anak-anak merasa bosan dan kurang tertarik untuk belajar lebih dalam. Metode ini juga kurang memberikan ruang bagi anak-anak untuk berlatih menggunakan bahasa Indonesia secara kreatif dan kontekstual.
5. Lingkungan yang Kurang Mendukung