Mohon tunggu...
Fadilah
Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Fadilah lahir di Serang, 29 Januari 2004. Memiliki ketertarikan dalam bidang bahasa dan sastra. Saat ini tengah menempuh pendidikan di jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengamati Peristiwa Santa Cruz dan Genosida Timor Timur (1991) melalui Kumpulan Cerpen Saksi Mata Karya Seno Gumira Ajidarma

30 Juni 2024   00:21 Diperbarui: 30 Juni 2024   00:30 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Seno Gumira Ajidarma merupakan seorang jurnalis dan penulis. Ia lahir di Boston, Amerika Serikat pada 16 Juni 1958.Ayahnya merupakan seorang guru besar FMIPA di Universitas Gadjah Mada. Meskipun ayahnya merupakan sosok yang berkecimpung dalam dunia akademik, tetapi Seno lebih tertarik untuk berkecimpung dalam dunia sinematografi.

Ketika SMA Seno menyukai puisi-puisi karya Remy Sylado, yang terbit di majalah Aktuil L Bandung. Sejak saat itu ia mulai mengirimkan karya-karyanya yang kemudian dimuat dalam majalah-majalah. Karya Seno telah banyak dimuat dalam majalah dan dibukukan. Salah satunya adalah kumpulan cerpen Saksi Mata yang diterbitkan oleh Bentang Budaya pada tahun 1994.

Pada kumpulan cerpen Saksi Mata, Seno menggambarkan penderitaan yang dialami oleh sekelompok masyarakat terjajah yang ditindas oleh sebuah rezim militer yang tengah menekan sebuah pemberontakan. Di dalam kumpulan cerpen ini, Seno juga menuliskan pandangan sekaligus pertanyaan mengenai arti kemanusiaan.

Kumpulan cerpen Saksi Mata merupakan sebuah cerita yang dilatar belakangi oleh peristiwa yang terjadi di Dili, Timor Timur pada tahun 1991. Peristiwa Dili merupakan peristiwa pembantaian besar-besaran terhadap masyarakat Timor Timur yang pro-kemerdekaan, kejadian tersebut terjadi di pemakaman Santa Cruz, Timor Timur. Peristiwa ini menewaskan lebih kurang 250 korban jiwa, termasuk seorang aktivis pro-kemerdekaan Sebastiao Gomez, yang ditemukan tergeletak di dekat gereja Moteal.

Peristiwa itu merupakan bagian dari sejarah kelam Indonesia yang pernah terjadi pada masa orde baru. Namun,pada saat itu media tengah dibatasi oleh pemerintah, sehingga pers tidak memiliki kebebasan untuk mengungkap data-data faktual yang terjadi pada peristiwa tersebut. Hal itu dirasakan juga oleh Seno, sebagai Redaktur Pelaksana Majalah Jakarta Jakarta ia dilepaskan dari tugasnya karena pemberitaannya terkait insiden yang terjadi di Dili. Oleh karena itu, Seno kemudian menuliskan data-data yang ia miliki ke dalam sebuah cerpen. Kumpulan cerpen ini merupakan sebuah perjuangan berdarah-darah dari masyarakat Timor-Timur yang saat itu tengah mengalami penindasan.

Dalam sebuah esai, saya menulis: "Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Karena bila jurnalisme bicara, dengan fakta, sastra bicara dengan kebenaran." Di bagian lain saya menyatakan, "Menutupi fakta adalah tindakan politik, menutupi kebenaran adalah perbuatan paling bodoh yang bisa dilakukan manusia di muka bumi."

Para saksi mata itu dibungkam kesaksiannya. Dari kesimpulan ini lahirlah Saksi Mata, tentang seorang saksi mata di pengadilan yang datang tanpa mata.Dalam laporan JJ tertulis, bahwa Gubernur Timor Timur Mario Viegas Carrascalao pada akhir Oktober 1991 menerima empat pemuda di kantornya. Dua dari empat pemuda itu, telinganya sudah terpotong. Gambaran visual dari kalimat ini menempel terus di kepala saya, sehingga lahirlah cerpen Telinga.

Saya bertemu dengan beberapa aktivis Timor timur yang berkisah tentang sejarah provinsi itu, sepeti yang mmereka alami. Setelah mereka pergi saya tulis cerpen Manuel. Isinya tak lebih tak kurang adalah fakta yang mereka ceritakan.

Xanana Gusmao tertangkap, dan ia dilecehkan. Pemikiran saya tentang itu berlanjut menjadi cerpen salvador. Siapakah yang bisa menidas pemikiran? Saya jawab dengan Klandestin. Dalam Rosario, saya bahkan menyodorkan fakta yang telah saya sensor sendiri dalam pemberitaan JJ, sekadar untuk menunjukkan sikap perlawanan. (Ajidarma, 1997:84-85)

Dari kutipan-kutipan tersebut menjelaskan bahwa isi dalam kumpulan cerpen Saksi Mata berisi data-data faktual. Keterbatasan untuk mengungkap data melalui pers mendorong Seno untuk mengungkapkannya ke dalam bentuk karya sastra. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun