Mohon tunggu...
Delicia
Delicia Mohon Tunggu... profesional -

GP, White Lily

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayah, Tapi Ia Bosku

6 November 2015   12:40 Diperbarui: 6 November 2015   14:40 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak yang merasa tidak dipedulikan, tidak dihargai, merasa ditolak oleh orangtua yang melahirkannya maka cenderung akan bertumbuh menjadi orang yang tidak berani mengambil keputusan, tidak berani menghadapi masa depan, tidak konsisten, memiliki kepercayaan diri yang rendah, pemberontak, sulit menjalin hubungan dengan orang lain, merasa ditolak dalam kehidupan. Bahkan cenderung bertumbuh dengan mengalami gangguan kepribadian paranoid.

Ayah yang baik tidak merendahkan anaknya, mengecilkan apalagi membodoh-bodohkan anaknya terlebih didepan orang lain. Sebab jika orangtua sendiri saja tidak bisa menghargai anaknya, siapa lagi yang akan menghargai anak itu?. Bagaimana anak kita hari ini dan kedepannnya, adalah tergantung didikan orangtuanya, terutama ayahnya. Didiklah anak dalam kasih dan takut akan Tuhan. Segala hikmat, kemampuan akan diberikanNya, karena anak bukan anak kita sendiri tapi adalah titipannNya yang berharga.

Seringkali orangtua lupa, bahwa anak kita juga adalah pribadi sendiri yang punya keunikan sehingga orangtua bertugas mengarahkan, tapi bukan memaksakan. Buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya, bagaimana anak kita yah tidak jauh-jauh dari bagaimana orangtuanya. Kegagalan seorang anak juga adalah kegagalan orangtuanya, keberhasilan anak adalah keberhasilan sekaligus kebanggaan orangtuanya. Pola keteladanan ayah-anak yang terbaik adalah mengadopsi pola Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan kita. keteladanan yang buruk dari seorang ayah, akan diwariskan pada anaknya, kemudian kepada generasi di bawahnya lagi. 

Semoga tidak ada hati yang terluka lagi.. anak kembali pada posisinya sebagai anak, dan ayah sebagai ayah yang sesungguhnya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun