Mohon tunggu...
Delia Siti Agustina
Delia Siti Agustina Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

di ATVI ( Akademi Televisi Indonesia )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Barongsai: Diciptakan untuk Mengusir Bangsa Asing hingga Menjadi Ikon Tionghoa

25 Januari 2020   17:31 Diperbarui: 25 Januari 2020   23:04 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA -- Tahun baru Imlek menjadi hari yang dinantikan oleh masyarakat Tionghoa dan kurang meriah jika tidak ada barongsai. Tahun baru Cina ini jatuh pada tanggal 25 Januari 2020.

Siapa yang menyangka bahwa tarian Singa atau Barongsai memiliki legenda yang sangat unik. Dalam sebuah kisah rakyat Tionghoa yang popular, disebutkan bahwa saat Dinasti Tang berkuasa di daratan Tiongkok, Kaisar mengalami mimpi buruk.Nyawa Kaisar terancam dalam mimpi itu namun tiba-tiba muncul seekor hewan yang menyelamatkannya. 

Dan hewan ini dinamakan Singa (Bahasa Hokkien : Sai) sejak saat itu singa dianggap hewan pengusir roh jahat dan membawa sebuah keberuntungan.

Pada kisah lainnya, disebutkan bahwa Raja Song kewalahan menghadapi pasukan gajah dari negeri Linyi yang kini bernama Vietnam. Ia memiliki ilham untuk membuat boneka tiruan yang berbentuk singa untuk mengalahkan dan menakuti pasukan gajah tersebut.

Sejak saat itu, tarian Singa menjadi popular di kalangan Tionghoa, tarian ini juga sering di pentaskan saat festival musim semi tahun baru Tionghoa dan festival pertengahan musim gugur, hingga kemudian Barongsai menjadi identitas orang Tionghoa yang begitu erat.

Barongsai berasal dari Bahasa Hokkien, "Bu Lang Sai", yang secara harfiah berarti Tarian Manusia singa. Kata Bu Lang sendiri mirip dengan Barong, Raja Roh Baik dan musuh bebuyutan Ratu Iblis,  Rangda dalam mitologi Bali, sehingga akhirnya Barongsai menjadi Bahasa Indonesia.

Perkembangan barongsai sempat berhenti pada tahun 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S / PKI. Karena kondisi dan situasi politik saat itu segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa dibungkam. Barongsai pun di musnahkan dan tidak boleh dimainkan lagi.

Perubahan situasi politik yang terjadi setelah  tahun 1998 membangkitkan kembali kesenian barongsai dan kebudayaan Tionghoa lainnya. Banyak perkumpulan barongsai yang mulai kembali bermunculan.

Bukan hanya kaum muda Tionghoa saja yang memainkan barongsai tetapi kaum muda pribumi juga ikut serta untuk memainkan barongsai. Kini barongsai juga sudah dapat dipertontonkan kapan saja dan dimana saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun