Mohon tunggu...
Delia Siti Agustina
Delia Siti Agustina Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

di ATVI ( Akademi Televisi Indonesia )

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sisi Lain "Kota Udang"

25 Mei 2018   07:52 Diperbarui: 27 Januari 2020   10:48 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CIREBON - Kota udang adalah julukan dari Kota Cirebon, dengan sebagian besar penduduknya adalah nelayan. Cirebon sendiri diambil dari kata "Cai Rebon" yang artinya "Air Rebon". Cirebon pernah berjaya pada masanya, saat itu Cirebon hanya merupakan sebuah dusun yang kecil.

            Berbicara Kota Cirebon sudah tidak asing dengan terasi rebonnya, itu suatu hal yang lumrah dan selalu terngiang saat memikirkan Kota Cirebon, namun setelah berkunjung ke Kota Rebon itu ternyata banyak sekali hal yang menarik.

            Berkunjung ke kota ini tidak sesulit yang dibayangkan, sudah banyak kendaraan dan travel travel yang siap mengantarkan ke tempat tujuan. Cirebon sendiri sudah jauh lebih berkembang saat ini, namun kota ini tetap melestarikan budaya yang ada di Cirebon. Bangunan tua tetap dirwat dengan kokohnya, kesenian yang diperkenalkan secara turun temurun. Tempat wisata yang begitu banyak dan hasil laut yg sangat melimpah.

            Banyak tempat-tempat yang menyenangkan di Cirebon ini, tapi kebiasaan dari masyarakatnya masih belum terdengar oleh masyarakat lainnnya. Mungkin saat mendengar tanah liat terdengar biasa saja. Namun bila itu di ucapkan di Kota Cirebon maka yang terlintas dalam pikiran  mereka adalah Desa Siti Winangun.

            Di Cirebon desa yang bernama Desa Siti Winangun sangat lah terkenal oleh seni gerabahnya. Siti berarti tanah dan winangun berarti yang dibangun. Jadi Desa Siti Winangun adalah "Tanah yang Dibangun / Tanah yang Dibentuk". Hampir setiap rumah-rumah di desa itu mencari nafkah dengan cara membuat gerabah yang terbuat dari tanah liat. Gerabah di desa ini sudah terkenal dimana-mana, namun masih saja ada sebagian orang yang tidak tahu akan hal ini.

            Gerabah adalah sumber penghasilan desa ini. Beragam bentuk gerabah yang unik tidak akan ada orang yang menduga jika itu terbuat dari tanah liat.  Hasil akhir dari gerabah ini bisa menyerupai bahan keramik pada dasarnya karena dengan bentuk yang indah dan warna yang cantik, semua orang tidak akan percaya jika itu terbuat dari tanah liat. Yang membedakan mungkin dari ukiran tanah liat yang terlihat timbul, dan keramik memiliki ukiran yang tidak timbul seperti tanah liat.

            Gerabah Siti Winangun ini pernah mengadakan pameran di Jakarta. Dengan beragam bentuk dan ukiran, banyak orang yang terkesan dengan desa gerabah itu. Dari kalangan muda dan tua berdatangan ke pameran gerabah itu. Dan tidak sedikit dari mereka yang membeli gerabah yang diperjual belikan.

Pembuatan gerabah di Siti Winangun merupakan budaya turun temurun dari generasi ke generasi. Tidak sedikit dari masyarakat yang setiap harinya membuat gerabah, mulai dari usia remaja hingga lansia.

Bentuk yang dihasilkan sangat bervariasi, dari mulai peralatan dapur hingga hiasan rumah memiliki bentuk yang sangat unik. Ketika sudah masuk ke desa ini, jangan aneh bila di depan rumah-rumah masyarakat terdapat gerabah yang cantik dan indah.

Masyarakat di desa ini juga masih menggunakan pembakaran secara tradisional, dengan cara ditutupi jerami-jerami dan ditumpuk lalu dibakar. Gerabah yang dibakar akan lebih tahan lama dibanding gerabah yang hanya sekedar di jemur.

Dan uniknya ketika sedang berjalan di desa yang penuh dengan gerabah ini, ada warga membuat perabotan rumah tangga dari bahan karet, dari mulai kursi, meja, dan hiasan rumah . Dan itupun merupakan budaya turun temurun juga dari keturunan masyarakat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun