Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dinginnya Suhu dan Terjalnya Jalan di Arab Saudi

13 Februari 2024   00:37 Diperbarui: 13 Februari 2024   00:39 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jabal Sawda Abha/dok. pri

Mungkin bila kita bertanya kepada setiap orang mengenai kata apa yang melekat setiap disebut nama Arab Saudi, maka panas akan menjadi salah satu jawaban utamanya. Disamping tentunya Makkah, Ka'bah, Madinah dan minyak.

Jawaban yang tidak keliru. Karena memang begitulah Arab Saudi. Negara ini terletak di Semenanjung Arabia. Salah satu wilayah kering dan panas di muka bumi.

Pada musim panas, suhunya bisa mencapai lebih dari 45 derajat Celsius. Bila pada siang hari kita keliling kota dengan mobil, pastikan tidak menyentuh salah satu bagian mobil yang terbuat dari besi. Karena sedikitnya kulit kita akan melepuh karena panasnya. Kita juga akan kesulitan mencari AC yang mempunyai PK (Paard Kracht atau besaran tenaga untuk mendinginkan ruangan) dengan ukuran seperti di Indonesia. AC dengan PK terbesar di Indonesia mungkin akan menjadi AC dengan ukuran PK terkecil di Saudi. Tidak akan nendang kalau dipakai.

Selain itu, hati-hati juga untuk menyentuh air dari keran air pada musim panas. Karena di beberapa daerah, air dari keran pun menjadi panas. Air kiriman perusahaan air yang disimpan di tanki bawah tanah dan didorong pompa ke tanki air di atas rumah, juga menjadi panas. Kecuali si pemilik rumah mempunyai budget sangat besar sehingga bisa pendingin di tanki air.  

Lalu bila kita mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik mengenai infrastruktur jalan di Arab Saudi, maka akan terbayang jalan yang lebar, lurus, mulus dan gratis. Seperti yang kerap dilihat oleh Jamaah Haji dan Umrah ketika melakukan perjalanan darat dari Makkah ke Madinah atau sebaliknya.

Jalannya dua arah terpisah dimana satu arah jalan terdiri dari tiga jalur jalan. Jalannya pun lurus seperti sedang membelah gurun pasir yang panjang. Sebagai penghasil minyak mentah dunia, Saudi tentunya mempunyai aspal berlimpah. Karena itu jalan-jalan pun dibuat dari aspal. Sebuah material yang berasal dari penyulingan minyak bumi atau endapan alam.

Karena jalan yang lurus dan dua arah inilah maka sulit menemukan kecelakaan mobil ala adu banteng. Atau sebuah kecelakaan dimana dua mobil bertabrakan dalam posisi sambil berhadap-hadapan.

Kecelakaan lalu lintas yang kerap terjadi adalah saling serempet diantara mobil yang berada di satu jalur. Bila ada mobil yang menabrak lawan arah, berarti mobil itu betul-betul dalam kecepatan tinggi sehingga bisa melompati pembatas jalan. Atau kecelakaan dimana mobil terguling di gurun karena supir nya tidak bisa mengendalikan kecepatan dan mengantuk.

Karena kerap terjadi hal seperti ini, maka diberlakukanlah aturan pembatasan kecepatan. Untuk alat kontrolnya, dipasang kamera pengintai dimana-mana. Bila kamera pengintai menyala, berarti dia sudah memotret kita karena ada pelanggaran melebihi batas kecepatan. Setelah itu, siap-siap saja menerima sms yang berisi pemberitahuan bahwa kita sudah melanggar lalu lintas dan mesti membayar denda dengan cara transfer bank.

Namun seperti yang sudah-sudah, generalisasi adalah salah satu kesalahan umum yang kerap terjadi. Bahwa Arab Saudi itu panas dan jalan di Arab Saudi itu lurus dan lebar adalah benar. Namun secara keseluruhan Arab Saudi tidaklah seperti itu. Kita juga akan menemukan sisi lain Arab Saudi dengan suhu dan kontur jalan yang berbeda sama sekali.

Bila kita sempatkan berjalan ke Kota Abha di Provinsi Asir, Selatan Saudi yang berada di sisi Barat Jazirah Arab arah Laut Merah, kita akan menemukan Arab Saudi yang berbeda. Baik suhu nya maupun kontur jalannya.  

Di Provinsi ini kita akan menemukan sebuah tempat bernama Jabal Sawda atau Gunung Sawda.

Berbeda dengan gunung di Saudi yang tingginya kerap hanya seperti bukit di Indonesia, maka Jabal Sawda betul-betul gunung tinggi. Menurut catatan, Jabal Sawda berada sekitar 3.000 meter diatas permukaan laut. Inilah dataran tertinggi di Arab Saudi dengan suhu selalu dingin di sepanjang tahun. Ketika kami datang pada musim dingin, suhunya sekitar 8 derajat Celsius. Adapun ketika wilayah Saudi lain mengalami musim panas yang sangat terik, suhu tertinggi di daerah ini hanya sekitar 15 derajat Celsius.

Di pegunungan ini juga ada hutan alami, air terjun, dan beberapa danau. Di tempat ini Arab Saudi terlihat tidak seperti biasanya. Hijau seperti Indonesia.

Pihak KSA, Kingdom of Saudi Arabia, pun membangun banyak sarana untuk menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisata. Selain membangun kampung-kampung wisata, KSA juga membangun kereta gantung yang menghubungkan puncak Jabal Sawda dengan dataran rendah dibawahnya.

Bila kita "mendaki" gunung ini menyusuri jalan yang sudah dibangun sejak tahun 1987, maka kita tidak akan menemukan lagi jalanan Saudi yang dikenal lurus dan lebar. Bila dibandingkan dengan jalan di Sumatra Barat, maka jalan menuju puncak Jabal Sawda seperti gabungan antara tanjakan Sitinjau Lauik di Padang, kelok Maninjau di Bukit Tinggi dan kelok 9 lama di perbatasan Riau dan Sumatra Barat. Namun panjang jalannya lebih dari 30 KM.

Sementara bagi orang Jawa Barat yang pernah melalui rute ini, maka perjalanan ke puncak Jabal Sawda seperti gabungan antara kelok cadas pangeran di Sumedang, tanjakan gentong di Tasikmalaya dan tanjakan Nagreg lama menuju arah Tasik dan Garut. Namun sekali lagi, panjang jalannya berlipat-lipat.

Sementara bila kita melanjutkan perjalanan menuju kota Abha, maka kita akan menemukan kota Saudi yang juga berbeda dengan kota Saudi lainnya. Tidak ada lagi kegersangan yang selama ini menjadi ciri khas kota-kota di gurun. Abha terlihat hijau dan rapih. Sehingga beberapa orang mengatakan Abha sebagai Eropa nya Saudi.  

Banyak yang mengatakan bahwa inilah tempat dimana orang Arab Saudi menghabiskan waktu liburannya di musim panas. Ketika kota-kota lain di Saudi terasa sangat terik, banyak yang pergi ke Abha untuk merasakan kesejukan. Selain tentunya pergi ke Swiss yang dingin atau beberapa diantaranya ke Cisarua Puncak Bogor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun