Air dan Tanaman di Gurun
Informasi kemestian mukim beberapa tahun di Riyadh, Arab Saudi, beiringan dengan meningkatnya kemampuan berenang anak. Karenanya diantara pertanyaan yang muncul di kepala waktu itu adalah mengenai kolam renang. Adakah kolam renang di negeri Raja Salman ini. Mengingat Arab Saudi adalah negeri gurun yang sulit ditemukan air. Sayang rasanya bila kemampuan mereka berenang tidak berlanjut.
Hasil pencarian melalui mbah google menunjukan bahwa di Riyadh juga ada kolam renang. Walaupun hasil browsing nya hanya menunjukan kolam renang di kampus. Dalam hal ini King Saud University.
Namun ketika sampai Riyadh, kecurigaan tidak adanya kolam renang terhapus. Kolam renang tidak hanya ada di kampus, tetapi juga di rumah-rumah. Seperti juga di Jakarta atau Bandung. Beberapa kali kumpul-kumpul di sebuah rumah peristirahatan yang sudah dilengkapi dengan kolam renang. Karena di Riyadh juga ada kolam renang, otomatis kebutuhan air untuk rumah tangga pun cukup.
Memang kami sempat kelimpungan ketika air tidak mengalir ke kamar mandi. Namun setelah ditelusuri, itu karena kurang cermatnya membaca kontrak penyewaan rumah. Memasuki tahun ke-2, kontrak penyewaan berubah. Biaya sewa rumah tidak lagi termasuk pembayaran air.
Jadi air tidak mengalir karena kami belum bayar tagihannya. Namun ketika tagihan air dibayar, air kembali mengalir seperti biasa.
Hal yang agak mengherankan justru ketika membaca informasi di negeri sendiri. Karena masih tergabung dalam wag RT dan RW tempat kami tinggal di Indonesia, beberapa kali membaca keluhan tetangga karena air tidak mengalir. Bahkan sampai suatu waktu PDAM mengirim tanki air ke kompleks. Karena air PDAM tidak mengalir meski warga kompleks tidak telat membayar.
Terasa paradoks. Negeri yang dipenuhi tumbuhan hijau dan curah hujan tinggi, mengeluh karena air bersih tidak mengalir ke rumah-rumah. Sementara negeri di tengah gurun yang sulit menemukan pepohonan serta curah hujan minim, justru tidak ada masalah dengan pasokan air bersih ke rumah-rumah. Â
Pertanyaan selanjutnya tentu asal air. Darimana Riyadh bisa mendapatkan pasokan air bersih yang cukup. Padahal secara umum, kota ini asalnya adalah gurun. Sebagaimana kota-kota lainnya di Arab Saudi.
Setelah sedikit melakukan penelusuran, bisa dikatakan bila kebutuhan Air di Arab Saudi berasal dari dua sumber. Air tanah dan air laut. Air tanah adalah air dari bawah tanah sebagaimana yang biasa ditemukan di Indonesia. Namun berbeda dengan Indonesia, air tanah di Saudi sangat sulit ditemukan.
Sementara air laut adalah air dari teluk Arab dan laut merah yang mengapit Saudi. Air laut inilah yang dikirim ke rumah-rumah. Tentunya setelah mengalami proses desalinasi.
Air laut inilah yang memenuhi 80 persen lebih kebutuhan air di Arab Saudi. Karena itu beberapa kampus di Arab Saudi selain intens melakukan riset tentang desalinasi air laut, negeri ini juga dikenal memiliki desalinator air laut terbesar di dunia.
Menurut reuters, Saudi memiliki 33 instalasi desalinator air laut. Instalasi desalinator terbesarnya ada di Di Kota Jubail. Kemampuan produksinya mencapai 1.4 Juta kubik air dalam sehari.
Air hasil desalinasi air laut inilah yang dikirim melalui pipa-pipa air di bawah tanah sepanjang 400 KM ke kota Riyadh. Untuk memenuhi kebutuhan air bagi 7 juta penduduk Riyadh. Disamping juga dikirim ke kota-kota lainnya di seluruh Saudi.
Karena itu ada yang menarik bila melihat cara orang Saudi membangun pemukiman-pemukiman baru.
Sebelum rumah-rumah didirikan, terlihat bila jalan untuk kendaraan sudah selesai dibangun. Lalu di samping jalan-jalan baru yang sudah diaspal, terlihat galian lubang-lubang memanjang yang cukup dalam. Sepertinya lubang memanjang itu bukan hanya untuk saluran kabel listrik, tapi saluran pipa air dari National Water Company Saudi Arabia atau Syarikah miyah al wathaniyah.
Bila dilihat lebih dekat ke bangunan yang akan didirikan, terlihat bila tempat persediaan air adalah bagian tidak terpisahkan dari sebuah rumah. Sebagaimana septic tank sebagai bagian tidak terpisahkan dari rumah-rumah di kompleks perumahan di Indonesia terkini, rancang bangun rumah di Riyadh terlihat dilengkapi lubang penyimpanan air yang cukup lebar dan dalam. Ke dalam lubang itulah nanti air bersih dari perusahaan air dialirkan. Sebelum nantinya didorong Jet Pum ke tanki air yang ada di atap rumah.
Kami tidak tahu berapa ukuran tanki air dibawah tanah itu. Hanya saja ketika tanki air bawah tanah di rumah kami tidak bisa lagi dicapai pipa air sehingga air tidak bisa mengalir ke rumah, butuh waktu hampir 9 jam untuk mengisi tanki itu. Meskipun air mengalir cukup deras dari pipa air berdiameter setengah dari panjang jari orang dewasa.
Selain dikenal sebagai wilayah sulit air, Saudi juga dikenal sebagai wilayah yang jarang ditemukan pohon-pohon hijau. Bila orang Indonesia menyebut gunung sebagai kumpulan pepohonan hijau menyegarkan, ini berbeda dengan Saudi. Gunung yang dalam bahasa Arab nya disebut sebagai Jabal, bukan kumpulan pohon tapi kumpulan batu cadas dan keras.
Namun seperti berhasil mengatasi kelangkaan air bersih, Saudi juga sepertinya sedang berupaya mengatai kelangkaan tanaman hijau. Saudi sedang berusaha membudi dayakan tumbuhan hijau selain pohon kurma. Utamanya tumbuhan untuk sayuran dan buah-buahan. Â
Seperti ketika waktu lalu kami diajak berkunjung ke sebuah ladang budi daya strawberry. Tumbuhan yang di Indonesia biasa ditemukan di dataran tinggi yang dingin seperti Cipanas, Puncak ternyata bisa tumbuh di tengah gurun yang panas.
Saya tidak begitu mengerti seluk beluk mengenai dunia tanam-menanam. Hanya terlihat bila budidaya strawberry beserta sayuran lainnya ini memakai teknik hidroponik. Teknik budi daya tanaman, terutama sayuran dan buah-buahan, tanpa meggunakan tanah sebagai media tanam. Kerap dilakukan di ruang kaca dengan menggunakan medium air yang berisi zat hara atau nutrisi tanaman.
Dalam ruang berpenutup khusus ini, terlihat strawberry disimpan di pipa-pipa berisi tanah. Di sekeliling ruangan tersebut ada banyak kipas besar yang ke dalam kipas tersambung selang air. Melalui kipas-kipas itulah air disemprotkan ke strawberry dan tanaman lainnya yang ditanam di pipa-pipa. Selain dari selang-selang air yang juga terlihat di pipa tempat tanaman itu.
Karena dibudidayakan di gurun yang memiliki musim dingin dan musim panas, hasil budidaya strawberry di gurun tentunya berbeda dengan budidaya strawberry di Indonesia yang biasa membudidayakan strawberry di tempat dingin.
Bila di Indonesia strawberry terasa manis dan harganya relatif sama, maka strawberry di gurun ini rasa dan harganya tergantung musim.
Pada musim dingin, strawberry akan terasa manis dan harganya lebih murah. Selain karena suhunya dingin, kebutuhan air juga tidak terlalu besar. Sehingga kipas pun jarang dioperasikan dan mengurangi biaya operasional.
Hal ini berbeda dengan strawberry di musim panas. Harganya lebih mahal karena kipas air lebih sering dinyalakan sehingga biaya operasional pun membengkak. Sementara rasanya pun lebih asam.
Mengenai asam nya ini, ada selorohan mengenai strawberry di musim panas. Bahwa bila kita membeli strawberry di musim panas, kita juga mesti menyiapkan budget untuk membeli gula supaya strawberry terasa manis.
Believe it or not, eberapa teman ternyata tidak melihat itu sebagai joke. Karena mereka betul-betul membeli gula untuk dimakan bersama strawberry.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H