Kembali ke Sai Khalib.
Bagi orang Indonesia, Teh Susu pastinya bukan hal yang aneh. Cara membuatnya pun tidak rumit seperti membuat Kopi Arab. Cukup memasukan teh celup ke air panas, setelah itu masukan juga susu cair. Lalu tambah gula bila ingin terasa manis.
Hal berbeda mungkin ada pada komposisi susu nya. Di Indonesia bila kita memperhatikan kemasan sebuah produk yang disebut susu, kita sering bingung apakah ini susu ditambah gula atau gula ditambah susu. Karena seringkali kandungan gula nya jauh lebih banyak ketimbang susu nya.
Ini yang berbeda denga Sai Khalib. Susu yang dimaksud adalah benar-benar
Susu. Bukan gula dicampur susu atau susu yang sudah dicampur gula.
Hal ini sepertinya karena kontrol terhadap industri makanan dan minuman di Saudi relatif sangat ketat.
Ketatnya kontrol terhadap industri makanan dan minuman terlihat bila kita melihat daftar menu di sebuah rumah makan. Pada setiap menu yang disajikan, tercantum berapa jumlah kandungan kalorinya.
Ini tentunya diluar regulasi mengenai dilarangnya menjual makanan dan minuman haram menurut agama Islam. Seperti larangan bagi toko menjual minuman beralkohol.
Ketatnya kontrol terhadap makanan dan minuman juga terlihat dari kontrol terhadap bisnis Rumah Makan.
Beberapa pegawai di Rumah Makan Indonesia sempat menceritakan betapa banyaknya denda bagi bisnis Rumah Makan mereka. Padahal bisa dikatakan bahwa yang dilanggar adalah hal biasa saja. Bukan sesuatu yang serius. Setidaknya menurut ukuran Indonesia.
Seperti denda 500 riyal, sekitar 2 Juta rupiah, karena ketika ada inspeksi mendadak yang random, ditemukan kalau AC Rumah Makan telat dihidupkan.
Denda akan bertambah bila inspektor yang bekerja tanpa kompromi, nyelonong masuk dapur tanpa permisi dan menemukan penggorengan yang kotor atau minyak goreng yang tidak diganti. Belum lagi bila kaca display tidak bersih atau terpercik bumbu makanan. Kas Rumah Makan bisa terkuras ribuan riyal untuk membayar denda.