Situasi ini berkebalikan dengan Saudi. Orang Saudi bisa bercukur sampai 3 kali dalam seminggu. Dia mempunyai pelanggan yang bila ada rambunya yang menyembul sedikit saja sehingga terlihat tidak rata, maka dia akan kembali ke tukang cukur.
Katanya dia sempat "mengusir" orang tersebut untuk tidak datang lagi. Menyuruhnya untuk mencari tempat cukur lain. Karena dia sudah bosan mencukur dia terus.
Setelah diingat-ingat kembali, sepertinya memang frekuensi orang Saudi untuk cukur rambut sangatlah tinggi. Saya baru tersadar bahwa dekat dengan tempat kami tinggal di Riyadh, ada banyak pencukur rambut. Di dua sisi jalan utama dua arah sepanjang kira-kira 750 meter, rasanya ada lebih dari 10 barber shop yang jarang terlihat kosong.
Bila kita meminta mereka mencukur, mereka akan menawarkan dahulu apakah mau dicukur memakai mesin atau gunting. Setelah kita memilih, dia akan membungkus badan kita dengan kain plastik sekali pakai. Ruangan ber AC sepertinya sudah menjadi standard pelayanan. Tarifnya sekitar 25-30 Riyal atau 100-120 ribu sekali cukur. Bisa dibayar cash, bisa juga secara digital.
Cerita tentang Saudi dengan minyaknya, justru kami dapatkan di Kota berikutnya, Al-Khafji. Sebuah kota yang juga berada di wilayah Timur Saudi yang berbatasan dengan Kuwait. Di kota ini terdapat ladang minyak di lepas Pantai.
Karena ladang minyak tersebut berada di perbatasan antara Saudi dan Kuwait, maka saham ladang minyak tersebut pun dibagi dua. Saudi menjadi pemilik terbesar dengan 51% dan sisanya untuk Kuwait. Pengelolanya adalah KJO, Khafji Joint Operation.
Menurut orang Khafji, KJO di Khafji "hanya" menghasilkan 300 ribu barrel perhari. Disebut "hanya" karena jauh dibawah produksi minyak Saudi secara keseluruhan.
Begitu juga bila dibandingkain dengan minyak yang dihasilkan di kota-kota lain Saudi. Seperti Dhahran yang bisa memproduksi sekitar 5 Juta barrel per hari, Abqaiq 1 Juta barel per hari, dan Safaniya 1,3 Juta per hari. Atau ladang minyak Khurais di Provinsi Riyadh yang memiliki kapastias produksi sekitar 1 Juta barel per hari.
Namun angka 300 ribu barel per hari ini bagi Indonesia akan menjadi angka fantastis. Karena dari Sabang sampai Merauke, Indonesia hanya mampu memproduksi minyak mentah 600 ribu barel per hari.
Apalagi bila membandingkan gaya hidup pegawai Pertamina dengan 600 ribu barel per hari, dan pegawai Aramco dengan 12 Juta barel per hari. Meskipun tidak semuanya, terlihat ada gaya hidup yang terbalik antar keduanya.
Kota Khafji yang berada di sisi teluk Arab, Arab Gulf, juga mempunyai karakter suhu berbeda dengan Saudi lain. Namun sepertinya karakter suhunya sama dengan kota-kota yang berada di sisi Teluk Arab.