Sekarang ini perjalanan Jakarta -- Jeddah sudah bisa ditempuh dalam waktu 9-10 Jam. Sehingga orang Indonesia yang berangkat Umrah pun hanya membutuhkan waktu sekitar 10-14 hari. Sudah termasuk berziarah ke Masjid Nabawi di Madinah untuk tafakur di Raudhah.
Karana transportasi yang semakin cepat, beberapa Biro Travel Haji dan Umrah juga menyediakan layanan tambahan. Layanan paket wisata ke negara-negara muslim lainnya. Seperti wisata ke Turki yang dikenal mempunyai sejarah peradaban Islam yang lekat, atau ke Qatar, Oman, dan Uni Emirat Arab. Negara-negara teluk tetangga Arab Saudi yang dikenal mempunyai destinasi wisata yang wah.
Namun jauh sebelumnya, orang tua kita dahulu tidak pernah merasakan kemewahan dan kemudahan mengunjungi Baitullah seperti sekarang. Ketika teknologi pesawat masih dalam perkembangan awal dan transportasi utama lintas negara adalah Kapal Laut, orang Indonesia membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk sampai ke Makkah dan Madinah.
Â
Inilah masa ketika Aceh mendapat gelar sebagai serambi Mekkah. Bukan karena mayoritas masyarakat Aceh beragama Islam, namun karena di sebelah Aceh ada Pelabuhan Sabang. Pelabuhan yang menjadi transit akhir Kapal Laut yang mengangkat Jamaah Haji dan Umrah dari Indonesia. Sebelum nanti berlayar jauh ke Semenanjung Arab.
Perjalanan yang memakan waktu berbulan-bulan ini tidak hanya membuat Ibadah Haji dan Umrah mahal, tapi juga memakan waktu yang cukup panjang. Orang bisa meninggalkan kampung halaman sampai satu tahun untuk berangkat Haji. Sehingga ketika kembali ke kampung disambut dan dihormati. Karena Haji dan Umrah bukan hanya sulit tapi sangat sedikit orang yang mampu untuk melakukan itu. Baik secara mental maupun material.
Konon dalam masa-masa seperti inilah ada tradisi unik masyarakat Indonesia yang akan pergi Haji dan Umrah.
Selain mempersiapkan pakaian, makanan dan peralatan Ibadah lainnya, konon orang Indonesia tidak lupa membawa sarung sebanyak-banyaknya. Sarung ini akan diberikan kepada orang Arab yang membantu mereka ketika di Makkah di Madinah.
Masyarakat Arab waktu itu bukanlah masyarakat Arab sekarang. Belum dilimpahi emas hitam alias minyak bumi. Selain beternak, mereka mengandalkan kehidupan kesehariannya dari para penziarah Haramain. Â
Konon di beberapa wilayah di Indonesia, tradisi membawa sarung yang banyak ketika Haji masih dilakukan beberapa kalangan masyarakat di Indonesia.
Diluar sarung yang menjadi bawaan orang Indonesia yang pergi ke Makkah, ada artefak menarik yang bisa kita lihat di King Fahd National Library. Sebuah perpustakaan besar di kawasan Olaya Riyadh. Di Indonesia, Olaya Riyadh ini bisa disejajarkan dengan kawasan Jendral Sudirman. Salah satu jalan protokol yang juga kawasan bisnis utama.
Di lantai 1 King Fahd National Library bukan hanya dipajang majalah-majalah lama, tetapi juga beberapa artefak masyarakat Arab zaman dahulu. Seperti koin, pakaian, dan setrikaan baju. Kita akan menemukan artefak masyarakat Arab Saudi lebih lengkap di Mathaf Al-Wathani, Meuseum Nasional, atau di Benteng Masmak.