Bila Al-Quran menerangkan bahwa manusia itu diciptakan bersuku-suku dan berkelompok-kelompok untuk saling mengenal, maka Masjid adalah tempatnya. Masjid itu tempat bertemu setiap orang berbeda-beda dan  shalat Jamaah adalah caranya.
Sekarang ini sepertinya semangat inilah yang hilang di beberapa masjid di tanah air. Setiap organisasi atau kelompok keislaman mempunyai masjid sendiri. Atau satu organisasi dan kelompok keislaman ingin mendominasi satu masjid.
Arab Saudi sekarang tentunya berbeda dengan Arab Saudi dahulu. Tetapi bukan berarti perintah shalat Jamaah di Masjid tidak relevan. Karena hidup berkelompok adalah naluri dan kebutuhan dasar manusia. Terlebih bagi masyarakat Arab. Kabilah yang termanifestasi dalam kehidupan bermarga, masih kental dalam kehidupan masyarakat Saudi.
Baca juga;
Kenapa masyarakat Arab Saudi suka memakai pakaian berwarna putih
Bagi orang Indonesia yang ingin memasuki Arab Saudi, selalu diminta untuk mencantumkan nama terdiri dari tiga suku kata pada passportnya. Orang Indonesia yang namanya hanya satu suku kata, diminta menambahkan nama Bapak dan Kakek.
Sementara bagi yang sudah mempunyai dua suku kata,tinggal menambahkan satu suku kata saja. Apakah akan memakai nama Bapak atau Kakek, diserahkan kepada masing-masing.
Begitu juga ketika tiba di Arab Saudi dan berbincang-bincang dengan orang Arab. Banyak diantara mereka kebingungan bila mengetahui nama orang Indonesia hanya terdiri dari satu atau dua suku kata.
Baca juga;
China dan peran negara-negara Islam alam perundingan damai Arab Saudi dan Iran
Karena dua suku kata hanya menjelaskan namanya sendiri serta nama bapaknya. Tidak jelas marganya apa. Apalagi bagi yang namanya terdiri dari satu suku kata saja.