Awalnya mungkin dari ekspansi yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab. Setelah Khalifah pendahulunya, Abu Bakar Shiddiq, mengkonsolidasikan internal umat Islam dengan memerangi para pembelot pasca Nabi Muhammad meninggal, Umar memerintahkan pasukan nya bergerak ke arah Utara untuk melepaskan Yerusallem.
Misi Umar bin Khattab berhasil. Yerusallem bisa ditaklukan dengan damai. Pintu gerbang Israel dibuka selebar-lebarnya oleh Patriarch Sophronius untuk menyambut kedatangan Umar. Setelah itu, keduanya berdialog dan Umar menyatakan bahwa pemeluk agama Kristen juga berhak tinggal di Yerusallem dan mendapatkan jaminan keamanan dari pasukan Islam untuk menjalankan Ibadah.
Setelah itu, Umar memerintahkan pasukannya bergerak ke arah Barat. Menaklukan salah satu peradaban maju saat itu, Alexandria Mesir. Sebuah wilayah yang secara geographis masuk di benua Afrika. Tepatnya Afrika bagian Utara. Dari Mesir itulah kemudian orang Islam terus bergerak menuju ke arah Barat Afrika bagian Utara sampai bertemu dengan wilayah bernama Maghribi.Â
Maghribi yang bermakna Barat, bukan hanya merujuk kepada Matahari yang terbenam di wilayah itu, tapi juga karena wilayah itu terletak di sebelah Barat. Wilayah itulah yang di masa sekarang disebut sebagaj Maroko. Merujuk kepada nama kota yang terkenal di negara itu, Marrakesh.
Meski Maghribi berada di Benua Afrika, tapi wilayah ini sangat berdekatan dengan wilayah paling Selatan Eropa; semenanjung Iberia yang meliputi Spanyol dan Portugal sekarang. Hanya dipisah sebuah teluk yang tidak menghalangi pandangan mata. Teluk Gibraltar
Pada masa sekarang, jarak yang dekat ini membuat orang Eropa kerap menghabiskan waktu untuk berlibur di Maroko. Konon karena harga-harga di Maroko lebih murah dibanding Eropa, jadi banyak orang yang berlibur disana. Maroko kerap disebut sebagai halaman belakang nya Eropa.
Selain menyenangkan orang Eropa, dekatnya Maroko dengan Benua Eropa juga menyulitkan negara-negara Eropa. Maroko menjadi pintu gerbang bagi orang-orang Afrika untuk menyebrang ke Eropa mencari kehidupan baru yang lebih layak. Hanya saja dengan cara yang tidak sesuai hukum alias imigran illegal. Eropa dan Maroko pun melakukan kerjasama untuk membendung kedatangan imigran illegal yang datang ke Eropa melalui Maroko.
Namun pada masa lalu, jarak yang dekat inilah yang menjadi titik dimulainya invasi bangsa Arab ke Eropa. Setelah menyebrangi teluk Gibraltar dan membakar perahu supaya pasukan nya sadar tidak adalagi tempat kembali, Thariq bin Ziyad memimpin ekspansi pasukan muslim ke Eropa dengan menjadikan Maghribi atau Maroko sebagai gerbang utamanya. Semenanjung Iberia yang meliputi Spanyol dan Portugis sekarang, berhasil dikuasai. Jejak penguasaan itu masih tersimpan sampai sekarang. Selain arsitektur kota, yang paling fenomenal adalah berdirinya Istana Alhambra. Istana yang dalam arsitektur nya, mencirikan kemajuan sains pada masa itu.
Setelah berhasil menjejakan kaki di Eropa sebelah Selatan, pasukan kemudian ingin bergerak lebih jauh ke Eropa sebelah Utara, Perancis. Namun sepertinya orang Prancis sudah diingatkan ancaman ekspansi dari Arab ini. Orang Prancis kala itu, berhasil membendung orang Maroko dalam sebuah pertempuran yang dikenang sampai sekarang, Pertempuran Tours.
Lepas kalah dalam pertempuran Tours, tidak disebutkan lagi ada upaya orang Arab untuk menguasai Prancis. Sesuatu yang sangat aneh. Karena biasanya, upaya perluasan wilayah tidak akan pernah berhenti hanya karena kalah di satu pertempuran.
Mengenai hal ini, ada catatan menarik mengenai faktor tidak terjadinya upaya lanjutan untuk menembus Prancis. Salah satu faktor yang membuat muslim Arab tidak mau bergerak lagi ke Utara Eropa adalah karena cuaca. Selatan dan Utara Eropa dipisah pegunungan Pyrene yang ditutupi salju. Orang Arab katanya bukan hanya kesulitan membayangkan hidup dibalik pegunungan Pyrene yang dingin, tapi juga kesulitan memikirkan memenangkan pertempuran di daerah dingin dan bersalju. Terbukti, mereka kalah dalam perang Tours oleh pasukan Frankieman.