Lalu bagaimana dengan kristenisasi di Cianjur yang katanya menjadi pangkal azab tersebut?
Sejak saya lahir dan tinggal di Sukabumi, saya selalu mendapat berita bahwa Sukabumi-Cianjur itu adalah pusat kristenisasi.Â
Anehnya, tiap melihat angka-angka mengenai populasi di Sukabumi dan Cianjur, muslim itu tetap mayoritas dan Kristen tetap saja minoritas. Orang Islam selalu lebih banyak bahkan mencapai 99%. Angka yang menurut saya tidak menunjukan adanya kristenisasi. Ataupun kalau ada, menunjukan itu tidak berhasil.
Sebagai perbandingan kasar saja, kita ambil contoh Qatar dan Cianjur yang relatif memiliki jumlah penduduk yang berbeda sedikit dengan mengambil data umum dari wikipedia. Ada sekitar 2.4 Juta jumlah orang Cianjur dan sekitar 2.7 Juta orang Qatar.Â
Cianjur yang disebut pusat Kristenisasi, jumlah muslimnya lebih dari 99% sementara Qatar yang bahkan sedang melakukan Islamisasi dengan Piala Dunia sekarang, orang Islam nya hanya sekitar 63%.
Hal yang sama bila dibandingkan Qatar dengan Kabupaten Sukabumi yang jumlah penduduk nya beda sedikit. Begitu juga dengan Kotamadya Sukabumi yang lebih ramai dan penduduknya secara ekonomis lebih mapan dan ada sekolah Kristen yang terkenal. Jumlah muslim tetap mayoritas lebih dari 95% dan Kristen sekitar 3%.
Saya menduga bila isu kristenisasi di Sukabumi - Cianjur tidak lepas dari fenomena adanya beberapa kampung dengan penduduk memakai kerudung dan berbahasa Sunda, tapi agamanya Kristen.Â
Padahal orang Sunda dikenal muslim. Dulu kalau diajak orang tua ke Bandung, ketika memasuki daerah Ciranjang - Cianjur, Â Alm Bapak pernah menunjuk kepada perempuan yang sedang berjalan di pematang sawah, berkerudung dengan pakaian orang Sunda kebanyakan.Â
Kata Alm, mereka adalah orang Kristen, bukan orang Islam seperti yang diduga. Mereka ada disana sejak zaman Belanda.
Fenomena ini sepertinya tidak lepas dari situasi Sukabumi-Cianjur pada masa Belanda. Pada masa itu, dua daerah ini dikenal sebagai daerah subur untuk perkebunan. Selain cocok menjadi tempat menanam sayuran, kopi dan teh yang menjadi kebutuhan Belanda waktu itu, alam nya juga tempat yang cocok untuk pelesiran dan tempat pensiun orang Belanda di Batavia.
Terlebih Sukabumi-Cianjur sudah terhubung dengan Batavia dengan jalur Deandels. Jalur transportasi dengan Batavia menjadi lebih mudah karena Belanda juga membangun Jalur Kereta dari Batavia. Bagi para commuter Jakarta-Bogor, pasti sering melihat ada jalur kereta yang terus bersambung ke arah Sukabumi-Cianjur setelah statsiun akhir Bogor.