Hal kedua yang tidak bisa diindahkan adalah bahwa saat ini sepak bola sudah terkuliti sedemikian rupa sampai pada tingkat yang lebih kecil. Orang mempunyai cara baru dalam menikmat sepak bola.
Dulu menjelang Piala Dunia orang mungkin masih ingat memori tentang perang Malvinas antara Inggris-Argentina dan bersamaan terjadi dengan gol tangan Tuhan Maradona yang mengecoh kiper Inggris Peter Shilton. Karenanya ketika generasi David Beckham dan Diego Simeone bertemu kembali di Prancis 1998, tensi pertandingan antar keduanya kembali meninggi. Lalu kartu merah David Beckham karena provokasi Simeone, menjadi sangat ikonik dan terus dikenang.
Begitu juga ketika disebutkan tentang Kamerun yang akan bertanding. Memori gol satu-satunya Roger Milla yang mempercundangi Maradona Cs di Piala Dunia 1994, selalu jadi bahan untuk diperbincangkan.
Namun di era digital, memori-memori seperti itu bisa diulang dan ditonton setiap hari. Tanpa harus menunggu Piala Dunia yang digelar empat tahu sekali. Orang tinggal duduk di kursi, membuka YouTube dan menuliskan beberapa keyword yang dimaksud.Â
Maka semua peristiwa piala dunia yang sudah menjadi ikonik akan muncul seketika. Mulai dari tendangan pinalti Roberto Baggio yang gagal menembus gawang Claudio Taffarel di Piala Dunia Amerika sampai 1990, sampai dengan tandukan Zidane ke Materazzi di Piala Dunia Jerman 2006.
Bahkan dalam banyak hal, orang tidak perlu lagi begadang dan menunggu untuk mengetahui jalannya pertandingan antara Manchester City dan Real Madrid di semifinal Champions 2022. Orang hanya perlu bangun pagi, lalu klik YouTube untuk mencari tahu menit-menit krusial pertandingan tersebut.
Referensi: 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H