Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

The Crusades: an Arab Perspective

8 Februari 2022   13:06 Diperbarui: 8 Februari 2022   13:29 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal menarik lainnya adalah di sela-sela pertempuran berdarah-darah selama 2 abad ini, ternyata terjadi proses transfer Ilmu Pengetahuan dari orang Arab ke orang Eropa. Diceritakan bahwa ketika Eropa berhasil menguasai Jerusallem pada Perang Salib I, ada banyak tradisi yang hilang dalam kehidupan di Jerusallem. 

Seperti cara menghadapi orang sakit. Orang Eropa menganggap cara menyembuhkan orang sakit kepala adalah dengan memberi cap salib di dahinya. Karena orang tersebut sedang kemasukan setan. Menggantikan kebiasaan orang Jerusallem yang memberikan obat kepada orang sakit kepala.

Penamaan Perang Salib sendiri pada dasarnya baru muncul pada akhir Abad-12 ketika perang sudah usai. Berawal dari Jerman yang mengkaitkan dengan gambar Salib yang menjadi panji pasukan Eropa. Istilah muncul dari orang Kristen yang merasa menjadi korban dari peperangan ini. 

Sementara sejarawan muslim pada masa itu, menghindari penamaan Perang yang dikaitkan Agama. Sementara ketika peperangan berlangsung, orang Eropa menyebut nya dengan "Holy War", "Lord War" dan lain sebagainya.

Invasi Barat atas Timur dengan penguasaan Jerusallem sendiri pada akhirnya tidak berlanjut. Setelah Al-Ayyubi meninggal, Barat bukan hanya berkali-kali salah strategi, tetapi juga kembali ke kampung halaman karena di negerinya mempunyai masalah pelik yang harus diselesaikan.

Namun menurut para sejarawan, berkhirnya Perang Salib tidak pernah memudarkan memori kolektif orang Eropa yang ingin menaklukan dunia Timur.

Memori kolektif yang sudah menjadi obsesif ini akhirnya bisa diwujudkan pada oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis pada abad ke-18 dengan menaklukan Mesir. Setelah invasi Prancis atas Mesir itu, negara-negara di kawasan Timur Tengah yang dahulu menjadi basis perlawanan terhadap pasukan Salib Eropa, praktis berada dalam jajahan negara Eropa Barat seperti Inggris dan Prancis.

Dokumenter Aljazeera sendiri hanya menyinggung sedikit keterkaitan antara Perang Salib dan invasi Napoleon ke Mesir. Namun bila kita review perjalanan dunia Islam pasca invasi Napoleon dan Perang Salib, ada sesuatu yang menarik sekaligus miris. Bila dalam Perang Salib terjadi transfer ilmu pengetahuan dari orang Arab ke orang Eropa, maka pada masa Napoleon terjadi hal yang sebaliknya. Napoleon datang ke Mesir sambil memperkenalkan Ilmu Pengetahuan pada orang Mesir yang dulu didapat Eropa ketika Perang Salib.

Setelah invasi Napoleon inilah di Mesir muncul figur seperti Muhammad Abduh. Selain dikenal sebagai penyeru persatuan umat Islam melawan kolonialisme Barat, Abduh juga dikenal sebagai orang yang mengingatkan pentingnya Sains. Karena melalui Sains itulah orang Islam bisa mengejar ketertinggalan dari Barat. 

Dalam rangka mengingatkan pentingnya Sains inilah Abduh sebagai Rektor Universitas Al-Azhar Kairo memperkenalkan Filsafat sebagai bidang yang mesti menjadi bahan kajian serius. Selain dari perlunya Al-Azhar membuat jurusan Ilmu Umum selain Ilmu-Ilmu Agama.

Bersama gurunya Jamaluddin Al-Afghani juga rekannya Musthafa Al-Maraghi, Abduh bisa dikatakan sebagai generasi pertama intelektual muslim abad-19 setelah generasi Ibnu Rusyd, Al-Farabi di abad 11. Di Indonesia,  ide perlunya pengajaran Filsafat dalam institusi pendidikan Islam diadopsi UIN (dulu IAIN) dengan pendirian Fakultas Ushuluddin dan menjadikan Ushuluddin sebagai "benchmark" IAIN sebelum dilanjutkan dengan pendirian berbagai Jurusan Ilmu Umum yang mengubah IAIN menjadi UIN. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun