Setiap hari dia membawa air minum untuk orang tuanya yang buta. Meningalnya anak muda itu, menimbulkan kesedihan sampai kematian bagi kedua orang tuanya. Karena kecerobohan dan nafsu yang sudah memisahkan orang tua dan anaknya, Dasarata diingatkan bahwa dia pun akan dipisahkan dengan anaknya karena cinta seorang wanita.
Di kemudian hari, Dasarata betul-betul berhadapan dengan kutukan ini. Rama, anak yang sangat dicintainya juga rakyatnya, mesti keluar dari Istana. Ibu tiri Rama meminta Dasarata untuk mengasingkan Rama ke hutan karena dia ingin anaknya lah yang menjadi penerus Dasarata memerintah Ayodya, bukan Rama. Dasarata mesti berpisah dengan anak yang dicintainya karena cinta seorang Ibu.
Rama, yang dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu, akhirnya menjalani pengasingan di hutan bersama istrinya yang sangat cantik, Dewi Sinta. Hanya saja sebagaimana kecantikan Sukesi yang menimbulkan hura-hara, begitu juga kecantikan Sinta. Rahwana yang sudah menjadi penguasa Alengka, juga terpesona dengan Dewi Sinta dan ingin menjadikannya sebagai istri. Dengan berbagai upaya, akhirnya Rahwana bisa membawa Dewi Sinta ke kerajaannya.
Sebagai lelaki yang mencintai istrinya, Rama ingin merebut kembali Sinta dari tangan Rahwana. Sementara sebagai titisan Dewa Wisnu, Rama juga mesti menghancurkan Rahwana. Raja adigung adiguna yang kepemimpinannya di Alengka menumpahkan darah dimana-mana. Hal tidak jauh berbeda dengan Rahwana. Sebagai Raja, Rahwana tidak ingin kekuasaannya ditumbangkan Rama. Sementara sebagai lelaki yang terpesona oleh Sinta, Rahwana pun ingin mempertahankan Sinta dari tangannya.
Pertempuran pun dimulai.
Rahwana dengan angkara murka, berhadapan dengan Rama dengan cinta. Pasukan Rahwana adalah manusia raksasa. Bila manusia adalah lambang kesempurnaan, maka manusia raksasa adalah kesempurnaan diatas kesempurnaan. Situasi yang melahirkan kesombongan pada diri para raksasa.
Sementara pasukan Rama adalah para Kera. Kera adalah makhluk dibawah manusia yang tidak sempurna. Namun karena ketidaksempurnaan itulah, Kera selalu melakukan upaya untuk meraih kesempurnaan. Ketika mendengar paparan ini, maka kita akan teringat kepada pengingatan salah satu inovator terbaik dunia, Steve Jobs.Â
Dalam speech-nya di wisuda Stanford University, pendiri Apple ini mengingatkan para sarjana Stanford untuk senantiasa "Stay hungry,stay foolish." Bahwa kalau ingin maju, orang harus terus merasa lapar (akan pengetahuan) dan merasa bodoh.
Akhir dari pertempuran seperti yang sudah diperkirakan. Rama bisa mengalahkan Rahwana dan merebut kembali Sinta. Dengan Cinta nya, Rama bisa meratakan gunung untuk mengurug lautan untuk membawa ribuan pasukan Kera. Karena hasrat untuk memperbaiki diri dan ingin menjadi sempurna, pasukan Kera yang menjadi ujung tombak Rama bisa mengalahkan para Raksasa yang menjadi pasukan Rahwana.
Namun di akhir, Sindhunata penulis novel ini memberikan efek dramatis. Cinta (kebaikan) terhadap Sinta yang selama ini dasar motivasi melawan Rahwana, tiba-tiba hilang pada diri Rama. Ketika Rahwana sudah ditaklukan, Rama mempertanyakan kesetiaan, kesuciaan dan Cinta Sinta. Padahal Sinta sudah mengorbankan segalanya untuk menjaga kesucian dan kesetiaan pada Rama. Karena hilang nya Cinta, Rama sampai meminta Sinta yang mencintai Rama untuk membakar dirinya.
Apa yang ditunjukan Rama ketika berkuasa ini, akan mengingatkan kita pada ujaran dari Hannah Arendt. Seorang feminis pemikir sosial politik dari Jerman yang hidup di zaman Nazi.Â