Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Laila Majnun, Legenda Cinta dari Persia

8 Desember 2020   20:47 Diperbarui: 28 April 2021   07:05 1679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Layla Majnun. | dok. pribadi

Secara diametral, Nizami menghadirkan sosok Ibnu Salam. Seorang lelaki gagah yang juga terpukau dengan kecantikan Layla. Ibnu Salam yang berhasil menjadi suami Layla pada akhirnya bukan menghadapi hidup tragis dengan cinta nya terhadap Layla, tetapi hidupnya pun berakhir tragis. 

Meski berstatus suami Layla, Ibnu Salam hanya memiliki status suami. Ibnu Salam bukan hanya tidak bisa memiliki hati Layla, bahkan fisik nya pun tidak bisa dijamah. Pada akhirnya Ibnu Salam meninggal karena cinta nya dan pada saat meninggal, Layla sama sekali tidak merasa kehilangan.

Ada banyak jejak ajaran sufistik yang bisa kita temukan di novel ini. Mungkin diantara jejak-jejak sufistik pada novel ini bukan hanya akan kita temukan di Bab 16 ketika Nizami mengurai kisah seorang Raja dan seorang Darwis sebagai sebuah kesesuaian dengan kehidupan yang dijalani Majnun, tetapi juga akan kita temukan di halaman akhir novel ini. 

Ketika seorang Zayd yang terpukau dengan Cinta Layla Majnun bermimpi mengenai kedua orang ini. Berikut saya kutipkan renungan Zayd di halaman akhir buku ini ;

"Maka barang siapa yang ingin hidup bahagia di alam itu maka ia harus mampu memupus nafsu dunia ini. Ibarat debu yang suatu saat nanti akan sirna, dunia ini fana adanya, tiada keabadian. Maka, janganlah engkau nodai jiwamu dengan kelam nafsu dunia. Wahai permata yang terkubur, keluarlah dari pertambangan! 

"Permata sejati tak akan ditemukan di dalam tanah. Pasrahkan dirimu dalam genggaman cinta, bebaskan dirimu dari belenggu keangkuhanmu. Melesatlah bersama cinta sepert anak panah yang terhempas dari busurnya menuju sasarannya. Cintailah yang melepas simpul-simpul keberadaan, pembebas dari belenggu keangkuhan. 

"Adalah cinta, yang mengisi cawan-cawan kesedihan yang menggerogoti jiwa dengan luapan kehidupan segar. Sepahit minuman, akan terasa manis dalam cangkir yang tersepuh cinta. Cinta pada Sang Kekasih adalah sebaik-baik bekal. Jika kau telah menggemgam bekal cinta pada Sang Kekasih itu, sepahit apapun minuman, hingga yang beracun sekalipun, tiadalah mengundang ketakutan. Pengalaman-pengalaman getir yang menyiksa, jika ada cinta di dalamnya, terasa semanis surga."

Delianur
Bandung, 08 Desember 2020

Buku Layla Majnun. | dok. pribadi
Buku Layla Majnun. | dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun