Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Let's Do The Best and God Do The Rest

14 Agustus 2020   11:02 Diperbarui: 14 Agustus 2020   11:00 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://mgppldk.toonsup.com/

Sikap seperti inilah yang kemudian ditunjukan oleh para sufi. Sedangkan Jalal adalah dimensi keagungan Tuhan yang menimbulkan rasa penghormatan, kekaguman dan kepatuhan bagi hamba-Nya. Tuhan seperti inilah yang menurut banyak kalangan ada dalam imaji para Fuqaha, ahli fiqih.

Namun ketika berbicara Tuhan dan manusia, adalah hal menarik bila coba menyinggung nama Friedrich Wilhelm Nietzsche. Orang Jerman yang bukan hanya mendeklarasikan dirinya sebagai atheis pada umur 23 tahun, tetapi juga dikenal sebagai "Pembunuh Tuhan" melalui ungkapan nya yang kerap dikutip orang bahwa Tuhan telah mati.

Untuk memahami maksud ucapan Nietzsche yang menyatakan bahwa Tuhan sudah mati, maka ada baiknya kita mencerap beberapa pemikiran Nietzsche lainnya. Utamanya beberapa idenya tentang mentalitas tuan dan mentalitas budak, transvaluasi nilai (pembalikan nilai), serta "Will To Power" hasrat berkuasa sebagai kebutuhan primordial manusia

Menurut Nietszche, di masyarakat itu pada dasarnya ada dua mentalitas yang hidup, yaitu mentalitas tuan (Herdenmoral) dan mentalitas budak (Herrenmoral).

Mentalitas tuan adalah mentalitas orang-orang progressif. Selalu mengusahakan kemenangan dalam hidup mereka. Mereka adalah orang-orang  kuat, jenius, independen dan unggul. Tindakan mereka otentik, selalu berasal dari dorongan diri sendiri. Bukan karena dorongan luar, seperti perintah Tuhan atau lingkungan. 

Meski kerap tidak mengindahkan moral atau norma yang berlaku, namun itu bukan masalah. Karena bagi Nietzsche, norma dan moral itu pada dasarnya ciptaan masyarakat saja. Seiring waktu, akan berubah.  

Lawannya adalah mentalitas budak. Orang-orang yang landasan perbuatannya tidak berasal dari diri mereka sendiri. Landasan perbuatan mereka selalu berasal dari perintah dari luar dirinya. Apakah itu dari tuan nya, Tuhan, atau lingkungan. Dilakukan untuk meraih simpati dan apresiasi. Mereka selalu mengeluk-elukan sikap rendah hati juga kelemah lembutan. Bagi Nietszche, mentalitas budak adalah mentalitas pengecut. Karena perilakunya tidak otentik. Bukan berasal dari dirinya sendiri.

Budak selalu ingin mengalahkan tuannya. Tapi karena takut dan tidak berdaya, mereka mengalahkan tuannya di alam fiktif. Maka lahirlah penilaian bahwa orang bermentalitas tuan sebagai orang jahat, berbahaya dan arogan. Peristiwa inilah yang disebut sebagai proses Transvaluasi Nilai. 

Orang bermentalitas budak, menjungkirbalikan nilai karena sentimen kebencian yang mereka pendam. Transvaluasi nilai adalah dendam imajiner budak kepada tuannya. Sebab sesudah peristiwa tersebut semua yang rendah, lemah, kalah, atau menderita disebut baik. Sebaliknya yang berdaulat, menang, agung malah disebut jelek.

Dalam kehidupan sehari-hari, transvaluasi nilai terlihat ketika orang yang kalah kerap berkata, bahwa mereka bukan kalah tapi mengalah. Atau berkata bahwa meski mereka kalah, tapi mereka diridhoi Tuhan. Meski tidak jelas patokan diridhoinya seperti apa. Biar kita kalah di dunia, tapi menang di akhirat. Padahal belum jelas akan seperti apakah kehidupan kita di akhirat nanti.

Praktek moralitas budak ini terus berlanjut dan terjaga karena ada fiksi-fiksi yang diciptakan norma sosial juga Agama. Dengan menyatakan adanya kerendah hatian, perkenan Tuhan, atau sudah membela keadilan, telah menjadikan mereka pemenang, mereka terus melestarikan mentalitas seperti itu. Akhirnya manusia pun tidak bisa hasrat kemanusiaan sejatinya untuk berkuasa "Will to Power"  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun