Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Politik yang Membutakan dan Sastra yang Membuka Mata

18 Mei 2020   13:45 Diperbarui: 18 Mei 2020   13:49 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski begitu, Abdoel Moeis yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, justru mengatakan Robert sebagai pahlawan bukan pengkhianat. Meski Robert membela Belanda dan Moeis adalah pejuang kemerdekaan. Karena memang pemihakan Robert atas dasar patriotisme bukan aportunisme. Abdoel Moeis menyatakan itu dalam novel yang terbit tahun 1953. Sebuah massa ketika Indonesia baru keluar dari penjajahan Belanda

Jadi sejarah sastra kita pada dasarnya sudah mengajarkan kita berbicara apa adanya. Tidak seperti politik yang suka memoles dan memanipulasi. Masalahnya, masyarakat lebih berminat membaca cuitan tentang politik ketimbang membaca sastra. Pembaca sastra kita makin hari jumlahnya makin menurun

robert-anak-surapati-5ec22efed541df52113f2b12.jpg
robert-anak-surapati-5ec22efed541df52113f2b12.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun