Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Politik yang Membutakan dan Sastra yang Membuka Mata

18 Mei 2020   13:45 Diperbarui: 18 Mei 2020   13:49 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden tidak berpandangan sebaliknya. Bahwa berbicara fakta apa adanya, meski itu negatif, akan membuat masyarakat lebih peduli, waspada dan pemerintah dianggap kredible dalam menangani wabah.

Hal demikian tidak hanya ditunjukan pemerintah, tetapi juga diperlihatkan sebagian masyarakat kita. Berdalih untuk meningkatkan imunitas sebagai senjata menghadapi wabah, muncul kampanye pentingnya berpikir positif yang diamini banyak kalangan. 

Sayangnya, berpikir positif yang rumusan awalnya adalah kesediaan menerima fakta apa adanya namun memiliki cara pandang positif dalam memahami setiap fakta yang ada, diubah. 

Berpikir positif menjadi upaya mengajak orang untuk tidak jujur terhadap realitas. Fakta dan data di otak atik sedemikian rupa, supaya menimbulkan rasa aman dan tentram bagi siapa saja yang mencernanya.

Dalam konteks menghadapi wabah, adalah menarik melihat cara pemerintah Jerman berbicara apa adanya ke masyarakat. Sebuah negara yang sempat dianggap lalai merespon awal kedatangan wabah, tapi kemudian dianggap sebagai negara yang berhasil mengatasi wabah. Angka-angka penyebaran wabah di Jerman menunjukan anomali dibanding negara-negara Eropa yang mengelilinginya.

Dalam menghadapi wabah, Perdana Mentri Angela Markel bukan hanya mendasarkan pada pendapat ilmuwan, tetapi juga berbicara apa adanya ke masyarakat.

Ketika wabah mulai masuk Jerman, Angela Markel berbicara pahit dan terus terang. Markel berbicara terbuka bahwa 70% masyarakat Jerman terancam terpapar Covid-19. 

Lalu beberapa waktu lalu, ketika negara lain menyatakan bahwa vaksin akan ditemukan di akhir tahun, pendapat Mentri Kesehatan Jerman justru tidak seirama. Sebagaimana dikutip brusseltimes, Jens Spahn justru mengatakan bahwa vaksin baru bisa ditemukan beberapa tahun lagi.

Namun ternyata, realitas negatif yang disampaikan diatas tidak serta merta direspon secara negatif. Peringatan Markel direspon dengan keseriusan, kedisiplinan dan solidaritas sosial dalam menjalani lock down, bukan kerusuhan. Jerman pada akhirnya bukan hanya bisa mengontrol Covid-19 tapi sudah mulai melonggarkan lock down. 

Bundesliga mulai diputar meski tanpa penonton. Ungkapan Mentri Kesehatan Jerman tentang vaksin, bukan berarti melenakan proses penemuan vaksin.

Malah sebaliknya. WHO mengumumkan bahwa dari 7-8 kandidat kuat vaksin penangkal Covid-19 salah satunya adalah dari Jerman. Milik lembaga Biopharmaceutical New Technologis yang bekerjasama dengan Tiongkok dan Amerika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun