Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mutamimmul Ula, Politisi Berprinsip

7 Mei 2020   11:23 Diperbarui: 7 Mei 2020   11:39 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun

Kami biasa memanggilnya Mas Tamim. Ketua Umum Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia tahun 1983-1986. Ketika beliau masih menjabat Anggota DPR-RI dan kami masih aktif di PII, tidak sulit untuk menemuinya. Cukup menghubungi lewat SMS saja. Perkenalkan diri kamu siapa dan katakan kamu mau silaturahim. Maka dia akan membalas nya langsung tanpa lewat staff. Dia akan menyebutkan waktu dan tempat untuk bertemu. Biasanya kami bertemu di rumah dinas. Kadang di ruangannya di senayan di DPR.

Hanya saja kalau bertemu dengan Mas Tamim, satu hal yang mesti diingat. Jangan berpikir bisa membicarakan proyek atau anggaran negara. Meski beliau adalah anggota DPR yang mempunyai kekuasaan mengatur anggaran negara. Dia hanya akan bertanya bagaimana kabar kita, ada kegiatan apa dan menanyakan apa yang bisa dia bantu sebagai Anggota DPR. Meski beliau juga sudah membantu kami secara regular.

Lalu sebagai seorang Kakak, dia pasti tidak akan lupa mengingatkan kita akan banyak hal. Selanjutnya bila kita bilang mau pamit pulang, dan ini yang sering membuat teman-teman tersenyum senang malu-malu, tanpa diminta dia pasti tidak lupa menyodorkan amplop. Bilangnya untuk ongkos pulang naik taksi. Padahal dipakai rame-rame buat makan siang dan sore pun masih cukup.

Beberapa bulan lalu, seorang teman yang sedang menyusun tugas akhir program doktor tiba-tiba menghubungi saya. Entah darimana dia tahu kalau saya mengenal Mas Tamim. Padahal saya tidak pernah cerita tentang Mas Tamim. Namun intinya dia minta tolong. Katanya dia butuh beberapa informasi dan konfirmasi dari Mas Tamim sebagai mantan Anggota DPR dan ini berkaitan dengan disertasinya. Konfirmasi dan informasi itu cukup lewat telepon atau WA saja.

Waktu itu, saya tidak menanyakan lebih detail disertasinya tentang apa dan bagaimana. Saya mengatakan bila saya tidak bisa membantu. Karena Mas Tamim sedang sakit dan tidak bisa kemana-mana. Jadi menggali informasi dan komunikasi nya mesti langsung ke rumahnya. Tidak lupa saya ingatkan. Meski Mas Tamim mantan Anggota DPR-RI dan masih mempunyai posisi strategis di Partai, rumahnya itu bukan di pusat Jakarta atau kompleks mewah. Rumahnya sederhana di Tapos, Depok.

Saya tidak tahu bagaimana kelanjutan wawancara disertasi teman saya itu. Namun beberapa bulan lalu, saya berkesempatan bertemu kembali dengan teman saya tadi. Di sebuah Restuaran di bilangan Cikini, bersama dengan beberapa teman, kami ngobrol ngalor ngidul membicarakan banyak hal. Mulai membicarakan aktivitas masing-masing, kabar keluarga masing-masing, tentunya juga membicarakan situasi nasional. Pada kesempatan itulah teman saya tadi menceritakan disertasinya yang sudah diberi nilai A oleh para penguji.

Katanya, disertasi dia itu membahas proses pembuatan UU No 7 Tahun 2004 tentang privatisasi sumber daya air. Dari penelusuran dia terhadap proses legislasi terhadap UU ini, baik itu dengan mengkaji bahan pustaka, menelaah risalah rapat juga wawancara berbagai pihak, World Bank dan perusahaan air dunia terlibat untuk meloloskan Draft UU ini untuk disahkan DPR.

Lobbyist World Bank dan perusahaan air dunia tidak hanya mendatangi senayan, tapi juga istana. World Bank menyalurkan berbagai dana hibah juga pinjaman untuk memuluskan UU ini. Begitu juga dengan perusahaan air dunia. Berbagai macam pendekatan dan dana dikucurkan supaya UU ini disyahkan senayan. Sebagaiman diketahui, upaya World Bank dan perusahaan air dunia ini berhasil.

Saya tidak menanyakan lebih detail seperti apa lobby da persuasi yang dilakukan World Bank dan perusahaan air dunia. Selain karena saat itu kami juga banyak membicarakan hal lain, teman saya tadi mengatakan bahwa sudah ada penerbit yang tertarik menerbitkan disertasinya menjadi buku. Karenanya saya tinggal membeli bukunya saja kalau sudah terbit.

Lalu apa hubungannya dengan Mas Tamim?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun